Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses Pada Trafo Distribusi
Mahpudin/41407110059
Teknik Elektro
FTI-UMB
PENDAHULUAN
Dewasa ini Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti ; tersedianya tenaga listrik. Saat ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kiebutuhan industri. Penyediaan tenga listrik yang stabil dan kontinu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata, tetapi karena ketidakserempakan waktu penyalaan beban-beban tersebut menimbulkan ketidakseimbangan beban yang berdampak pada penyediaan tenaga listrik. Ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa (fasa R, fasa S dan fasa T) inilah yang menyebabkan mengalirkan arus di netral trafo.
TEORI TRANSFORMATOR
Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi elektro magnet. Transformator terdiri dari sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua (2) buah kumparan, yaitu kumparan primer dan sekunder.
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hokum ampere dan hokum faraday, yaitu arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik.
PENGHITUNGAN ARUS BEBAN PENUH TRANSFORMATOR
Daya transformator jika ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = . V . I (1)
Dimana :
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi primer transformator (kV)
I = Arus Jala-jala (A)
Sehingga untuk menghitung arus beban penuh dapat menggunakan rumus :
IFL = (2)
Dimana :
IFL = Arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder transformator (kV)
LOSESS (RUGI-RUGI) AKIBAT ADANYA ARUS NETRAL PADA PENGHANTAR TRANSFORMATOR
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses. Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PN = IN . RN (3)
Dimana :
PN = Losses pada penghantar netral trafo ( watt)
IN = Arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN = Tahanan penghantar netral trafo ( )
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :
PG = IG . RG (4)
Dimana :
PG = Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG = Arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG = Tahanan pembumian netral trafo ( )
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan :
• Ketiga vektor arus / tegangan sama besar
• Ketiga vector saling membentuk sudut 120 satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada tiga (3), yaitu :
• Ketiga vector sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120 satu sama lain
• Ketiga vector tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120 satu sama lain
• Ketiga vector tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120 satu sama lain
PENYALURAN DAN SUSUT DAYA
Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus pasa dalam keadaan seimbang maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = 3 . . .cos
Dengan :
P = daya pada ujung terkirim
V = tegangan pada ujung kirim
cos = factor daya
Daya yang sampai ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi penyusutan dalam saluran.
Jika adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b dan c sebagai beikut :
= a
= b (6)
= c
Dengan IR, Is, dan IT berturut-turut adalah arus di fasa R,S, dan T.
Bila factor daya di ketiga fasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda, besarnya daya yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai :
P = ( a + b + c ) . . . cos (7)
Apabila persamaan (7) dan persamaan (5) menyatakan daya yang besarnya sama, maka dari kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien a, b, dan c yaitu :
a + b + c = 3 (8)
dimana pada keadaan seimbang nilai a = b = c = 1
Kesimpulan
Ketidakseimbangan beban pada trafo semakin besar karena penggunaan beban listrik tidak merata.
Semakin besar ketidakseimbangan beban pada trafo maka arus netral yang mengalir ke tanah dan losses trafo semakin besar.Salah satu cara mengatasi losses arus netral adalah dengan membuat sama ukuran kawat netral dan fasa.
Daftar pustaka
1. Abdul Kadir,Distribusi dan Utilasi Tenaga Listrik, Jakarta: UI-Press,2000.
2. PersyaratanUmum Instalasi Listrik 2000(PUIL2000), Jakartal: Badan Standarisasi Nasiaonal,2000.
3. James J. Burke, Power Distribusi Engineering Fundamentals And Applications, New York: Marcel Dekker Inc,1994.
4. Sudaryatno Sudirham, Dr., Pengaruh Ketidakseimbangan Arus Terhadap Susut Daya pada saluran, Bandung: ITB, Tim Pelaksana Kerjasama PLN-ITB,1991.
5. Sulasno, Ir., Teknik Tenaga Listrik, Semarang: Satya Wacana,1991.
6. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung: ITB, 1991.
7. Abdul Kadir, Transformator, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 1989.
Sistem Penangkal Petir Pada Gedung
SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG
Mahpudin/41407110059
Jurusan Teknik Elektro
FTI UMB
I.Pendahuluan
Pembangunan gedung-gedung baru, cenderung bertingkat sebagai solusi karena semakin sempitnya lahan tanah. Namun disisi lain, dengan semakin banyak berdirinya bangunan bertingkat, beberapa permasalahan mengenai keamanan bangunan menjadi penting untuk dperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih rawan mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun gangguan secara alam. Salah satu gangguan alam yang sering terjadi adalah sambaran petir.Mengingat letak geografis Indonesia yang dilalui garis katulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. Dengan demikian bangunan-bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat sambaran petir. Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia yang berada di gedung tersebut. Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir maka dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah satunya berupa sistem penangkal petir dan pentanahannya.
II. Dasar Teori
Kilat merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik yang terjadi di atmosfir. Peristiwa pelepasan muatan ini akan terjadi karena terbentuknya konsentrasi muatan-muatan positif dan negatif di dalam awan ataupun perbedaan muatan dengan permukaan bumi.
Kilat sebenarnya lebih sering terjadi antara muatan satu dengan muatan lain di dalam awan dibandingkan dengan yang terjadi antara pusat muatan di awan dengan permukaan bumi.
2.1 Frekuensi Sambaran Petir
2.1.1 Sambaran Petir Langsung
Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun (Nd) dapat dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun(Ng) dan luas daerah perlindungan efektif pada gedung (Ae)
Nd – Ng . Ae (2.1)
Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata pertahun di daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan sebagai berikut :
Ng = 4 . 10 . T (2.2)
Sedangkan besar Ae dapat dihitung sebagai berikut :
Ae = ab + 6h(a+b) + 9 h (2.3)
Sehingga dari subtitusi persamaan (2.2) dan (2.3) ke persamaan (2.1), maka nilai Nd dapat dicari dengan persamaan berikut :
Nd = 4.10 .T (ab+6h(a+b)+9 h ) (2.4)
dimana :
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
T = Hari guruh pertahun
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran /Km /tahun)
Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir sebesar Nd (Km )
2.1.2 Samabaran Petir Tidak Langsung
Rata-rata frekuensi tahunan (Nn) dari kilat yang mengenai tanah dekat gedung dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah pertahun (Ng) dengan cakupan daerah di sekitar gedung yang disambar (Ag)
Nn = Ng.Ag (2.5)
Daerah di sekitar sambaran petir (Ag), adalah daerah di sekitar gedung dimana suatu sambaran sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi potensial tanah yang dapat mempengaruhi gedung
2.2 Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir
Sambaran petir dapat mengakibatkan beberapa kerusakan yaitu :
a. Kematian atau korban jiwa
b. Kerusakan mekanis
c. Kerusakan Thermal
d. Keersakan Elektrik
2.3 Sistem Pengaman Pada Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari berbagai macam gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letek, bentuk, penggunaannya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah :
a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong pabrik
b. Bangunan-bangunan tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau meledak seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak
c. Bangunan-bangunan sarana umum seperti gedung bertingkat pusat pembelanjaan, instansi pemerintahan, sekolah dan sebagainya
d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip Negara
Jenis penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penagkal petir keliling pada atap datar. Sedang untuk atap runcing atau selisih tinggi bumbumngan dan lisplang lebih dari 1meter,maka sistem yang sesuai adalah metode franklin yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang.
III. Kesimpulan
Sistem proteksi petir pada gedung bertingkat memiliki peranan yang sangat penting karena berfungsi untuk melindungi peralatan dan manusia yang berada di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. A. Arismunandar, Dr, S.Kawahara, Dr, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid II, Pradnya Paramita, 1Juni 1973
2. Hutauruk TS,Ir,MEE, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja.Erlangga. Jakarta. 1991.
3. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan di Indonesia. Direktorat penyidikan masdalah bangunan . Jakarta.1983.
4. Golde,R.H Lightning. Vol,ume 2. London : Academic Press Inc. 1981.
5. Petrov N.I, Alessandro F.D. Lightning to aerthed structure : comparison of models with lightning strike data. 1996.
6. IEC, Assement of The Risk of Damage Due to Lightning, Internasioanal Standard, CEI IEC 1662 First Edition, 1995.
7. Hutauruk TS,Ir,MEE, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, Erlangga. Jakarta. 1991.
8. Hovart Tibor, Computation of Lightning Protection, Technical University of Budapest, Hungary, 1986.
Mahpudin/41407110059
Jurusan Teknik Elektro
FTI UMB
I.Pendahuluan
Pembangunan gedung-gedung baru, cenderung bertingkat sebagai solusi karena semakin sempitnya lahan tanah. Namun disisi lain, dengan semakin banyak berdirinya bangunan bertingkat, beberapa permasalahan mengenai keamanan bangunan menjadi penting untuk dperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih rawan mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun gangguan secara alam. Salah satu gangguan alam yang sering terjadi adalah sambaran petir.Mengingat letak geografis Indonesia yang dilalui garis katulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. Dengan demikian bangunan-bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat sambaran petir. Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia yang berada di gedung tersebut. Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran petir maka dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah satunya berupa sistem penangkal petir dan pentanahannya.
II. Dasar Teori
Kilat merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik yang terjadi di atmosfir. Peristiwa pelepasan muatan ini akan terjadi karena terbentuknya konsentrasi muatan-muatan positif dan negatif di dalam awan ataupun perbedaan muatan dengan permukaan bumi.
Kilat sebenarnya lebih sering terjadi antara muatan satu dengan muatan lain di dalam awan dibandingkan dengan yang terjadi antara pusat muatan di awan dengan permukaan bumi.
2.1 Frekuensi Sambaran Petir
2.1.1 Sambaran Petir Langsung
Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun (Nd) dapat dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun(Ng) dan luas daerah perlindungan efektif pada gedung (Ae)
Nd – Ng . Ae (2.1)
Kerapatan sambaran petir ke tanah dipengaruhi oleh hari guruh rata-rata pertahun di daerah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan sebagai berikut :
Ng = 4 . 10 . T (2.2)
Sedangkan besar Ae dapat dihitung sebagai berikut :
Ae = ab + 6h(a+b) + 9 h (2.3)
Sehingga dari subtitusi persamaan (2.2) dan (2.3) ke persamaan (2.1), maka nilai Nd dapat dicari dengan persamaan berikut :
Nd = 4.10 .T (ab+6h(a+b)+9 h ) (2.4)
dimana :
a = Panjang atap gedung (m)
b = Lebar atap gedung (m)
h = Tinggi atap gedung (m)
T = Hari guruh pertahun
Ng = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran /Km /tahun)
Ae = Luas daerah yang masih memiliki angka sambaran petir sebesar Nd (Km )
2.1.2 Samabaran Petir Tidak Langsung
Rata-rata frekuensi tahunan (Nn) dari kilat yang mengenai tanah dekat gedung dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah pertahun (Ng) dengan cakupan daerah di sekitar gedung yang disambar (Ag)
Nn = Ng.Ag (2.5)
Daerah di sekitar sambaran petir (Ag), adalah daerah di sekitar gedung dimana suatu sambaran sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi potensial tanah yang dapat mempengaruhi gedung
2.2 Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir
Sambaran petir dapat mengakibatkan beberapa kerusakan yaitu :
a. Kematian atau korban jiwa
b. Kerusakan mekanis
c. Kerusakan Thermal
d. Keersakan Elektrik
2.3 Sistem Pengaman Pada Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari berbagai macam gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letek, bentuk, penggunaannya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah :
a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan cerobong pabrik
b. Bangunan-bangunan tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau meledak seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak
c. Bangunan-bangunan sarana umum seperti gedung bertingkat pusat pembelanjaan, instansi pemerintahan, sekolah dan sebagainya
d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip Negara
Jenis penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penagkal petir keliling pada atap datar. Sedang untuk atap runcing atau selisih tinggi bumbumngan dan lisplang lebih dari 1meter,maka sistem yang sesuai adalah metode franklin yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang.
III. Kesimpulan
Sistem proteksi petir pada gedung bertingkat memiliki peranan yang sangat penting karena berfungsi untuk melindungi peralatan dan manusia yang berada di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. A. Arismunandar, Dr, S.Kawahara, Dr, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid II, Pradnya Paramita, 1Juni 1973
2. Hutauruk TS,Ir,MEE, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja.Erlangga. Jakarta. 1991.
3. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan di Indonesia. Direktorat penyidikan masdalah bangunan . Jakarta.1983.
4. Golde,R.H Lightning. Vol,ume 2. London : Academic Press Inc. 1981.
5. Petrov N.I, Alessandro F.D. Lightning to aerthed structure : comparison of models with lightning strike data. 1996.
6. IEC, Assement of The Risk of Damage Due to Lightning, Internasioanal Standard, CEI IEC 1662 First Edition, 1995.
7. Hutauruk TS,Ir,MEE, Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, Erlangga. Jakarta. 1991.
8. Hovart Tibor, Computation of Lightning Protection, Technical University of Budapest, Hungary, 1986.
MASALAH RADIASI TEGANGAN TINGGI
Oleh : NUR IFAN SYAH
NIM : 41407110117
Rencana pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi tampaknya merupakan suatu rencana yang patut didukung oleh semua pihak. Berbagai investasi dalam bidang industri pada saat ini telah banyak dilakukan oleh pihak swasta, baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun melalui penanaman modal asing (PMA). Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya juga sudah cukup banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam kelompok industri strategis (BPIS) dan juga melalui industri petrokimia, industri semen, industri logam dan industri berat lainnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua kegiatan industri seperti di atas hanya dapat berjalan apabila tenaga listrik tersedia cukup memadai. Untuk mengatasi kebutuhan tenaga listrik tersebut, pihak pemerintah juga sudah memikirkannya antara lain melalui pembangunan pembangkit tenaga listrik berskala besar seperti yang ada di PLTU Suralaya (Jawa Barat), PLTU Paiton (Jawa Timur) dan PLTU Tanjung Jati (Jawa Tengah).
Selain dari itu, pemerintah juga mengizinkan kepada pihak swasta untuk menanamkan modal dalam bidang penyediaan tenaga listrik dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik untuk industrialisasi. Hanya saja penjualan tenaga listrik yang dihasilkan oleh swasta kepada konsumen masih tetap melalui PLN sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Interkoneksi dan Transmisi Tenaga listrik
Pembangunan dalam sektor industri pada saat ini, sebenarnya merupakan kelanjutan pembangunan dari sektor-sektor lainnya yang telah dilakukan pada PJP I yang lalu. Pada PJP II ini pembangunan sektor industri diarahkan untuk menuju kepada kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan menaikkan pangsa pasar baik pangsa pasar dalam negeri maupun pangsa pasar luar negeri.
Untuk dapat melakukan pembangunan sektor industri, masalah tenaga listrik merupakan salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan dengan cermat. Kenaikan penyediaan tenaga listrik (daya terpasang kumulatif) sejak awal Pelita I sampai dengan akhir PJP I yang lalu, tampaknya merupakan indikasi keseriusan pemerintah untuk melakukan pembangunan sektor industri, seperti yang tampak pada grafik (terlampir).
Ketersediaan tenaga listrik selama PJP I yang meningkat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 12,4 % per tahun dan pada akhir PJP I meningkat menjadi 17,5 % per tahun melebihi angka yang direncanakan yaitu 14,6 % per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi tenaga listrik di Indonesia ternyata di atas angka rata-rata di Asia yang hanya sekitar 7,9 % per tahun dan jauh di atas rata-rata petumbuhan konsumsi tenaga listrik dunia yang hanya sekitar 3,6 % per tahun. Laju pertumbuhan tenaga listrik yang tinggi ini dapat dicapai dengan mengembangkan sistem jaringan terpadu.
Pengembangan sistem jaringan terpadu meliputi sistem interkoneksi pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang ada serta membangun sistem transmisi dari pusat pembangkit ke gardu induk. Pada saat ini interkoneksi di Indonesia baru dilaksanakan di Pulau Jawa, yaitu dengan sistem tegangan tinggi (75 kV dan 150 kV) serta tegangan ekstra tinggi (500 kV) yang menghubungkan beberapa PLTA dan PLTU yang terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu antara pusat pembangkit di Suralaya, Saguling, Semarang, Gresik dan Paiton. Sedangkan sistem distribusi (penyaluran) di Indonesia saat ini menggunakan tegangan 20 kV untuk primer dan 220/380 V untuk sekunder dengan frekuensi 50 Hz.
Tujuan dari sistem interkoneksi dan transmisi secara terpadu ini antara lain untuk meningkatkan kemampuan suplai tenaga listrik, agar pada saat terjadi gangguan pada salah satu pusat pembangkit tidak terlalu berpengaruh pada konsumen. Sebagai contoh gangguan adalah pada PLTA yang sangat dipengaruhi oleh debit air, tandon air, limpahan dan daya muatnya. Sedangkan pada PLTU gangguan dapat berasal dari efisiensi kerja ketel uap, turbin dan sistem peralatan lainnya.
Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut sering pula dinamakan dengan sistem Saluran Udara Tegangan (Ekstra) Tinggi yang sering disingkat dengan SUTET. Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut saat ini memang harus dilakukan agar sistem jaringan terpadu dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik dapat dicapai. Namun dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang masalah keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan, maka masalah interkoneksi dan transmisi (SUTET) dengan tegangan tinggi atau ekstra tinggi menjadi suatu persoalan yang harus diperhatikan dengan cermat apabila jaringan tegangan tinggi tersebut melewati daerah permukiman.
Kasus jaringan tegangan tinggi yang melewati daerah Gresik dan daerah Parung kiranya dapat menjadi pelajaran yang menarik untuk perencanaan interkoneksi dan transmisi pada masa mendatang. Apa yang menyebabkan masyarakat menjadi cemas bila daerahnya dilewati jaringan tegangan tinggi, tidak lain adalah karena rasa khawatir dan takut terkena radiasi tegangan tinggi. Apa sebenarnya radiasi tegangan tinggi tersebut akan dibahas pada uraian berikut ini.
Apakah Radiasi Tegangan Tinggi itu?
Masalah radiasi tegangan tinggi sebenamya sudah sejak lama dipikirkan oleh para ahli, paling tidak semenjak James Clark Maxwell mengumumkan teorinya tentang :A dynamic theory of the electromagnetic field, suatu teori revolusioner tentang pergeseran arus yang diramalkan dapat menimbulkan gelombang elektromagnet yang merambat dengan kecepatan cahaya. Pada waktu teori tersebut diumumkan (tahun 1865) Maxwell belum menyebutnya sebagai suatu radiasi seperti yang kita kenal saat ini.
Secara teoritis elektron yang membawa arus listrik pada jaringan tegangan tinggi akan bergerak lebih cepat bila perbedaan tegangannya makin tinggi. Elektron yang membawa arus listrik pada jaringan interkoneksi dan juga pada jaringan transmisi, akan menyebabkan timbulnya medan magnet maupun medan listrik. Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan medan listrik, sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya akan bertumbukan dengan molekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru. Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi. Udara yang lembab karena adanya pepohon di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan elektron yang disebut dengan avalanche.
Akibat berlipatgandanya ion dan elektron ini (peristiwa avalanche) akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang seringkali disertai pula dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone. Peristiwa avalanche dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan medan listrik pada jaringan tegangan tinggi inilah yang sering disamakan dengan radiasi gelombang elektromagnet atau radiasi tegangan tinggi.
Berbahayakah Radiasi Tegangan Tinggi itu?
Secara umum setiap bentuk radiasi gelombang elektromagnet dapat berpengaruh terhadap tubuh manusia. Sel-sel tubuh yang mudah membelah adalah bagian yang paling mudah dipengaruhi oleh radiasi. Tubuh yang sebagian besar berupa molekul air, juga mudah mengalami ionisasi oleh radiasi. Seberapa jauh pengaruhnya terhadap tubuh manusia, tergantung pada batas-batas aman yang diizinkan. Sebagai contoh untuk radiasi nuklir yang aman bagi manusia (untuk pekerja radiasi) adalah dosis di bawah 5000 mili Rem per tahun, sedangkan untuk masyarakat umum adalah 10 % dari harga tersebut. Lantas bagaimanakah dengan batasan aman untuk radiasi tegangan tinggi?
Sejauh ini batasan aman untuk radiasi tegangan tinggi masih terus diteliti dan para ahli di seluruh dunia masih belum sampai kepada kata sepakat tentang batasan aman tersebut. Penelitian pengaruh radiasi tegangan tinggi sejauh ini baru diketahui akibatnya terhadap binatang percobaan di laboratorium. Radiasi tegangan tinggi (radiasi elektromagnet) ternyata mempengaruhi sifat kekebalan (imun) tikus-tikus percobaan.
Apakah radiasi tegangan tinggi juga bersifat cocarcinogenik (merangsang timbulnya kanker), ternyata masih dalam taraf dugaan saja, karena tikus-tikus percobaan yang dikenai radiasi tegangan tinggi tidak ada yang menjadi terserang kanker, walaupun diramalkan kemungkinan terkena kanker dapat meningkat karenanya. Memang terdapat perbedaan antara manusia dan tikus, sehingga penelitian terhadap tikus-tikus tersebut mungkin lain hasilnya terhadap manusia. Walaupun demikian, usaha manusia untuk mengurangi dampak teknologi berupa jaringan interkoneksi dan transmisi tegangan tinggi yang dapat menimbulkan kemungkinan terkena radiasi tegangan tinggi tetap perlu dilakukan, agar diperoleh kepastian mengenai harga batas aman bagi manusia.
Satuan untuk mengukur radiasi tegangan tinggi tidaklah sama dengan satuan untuk radiasi nuklir yang menggunakan satuan REM, singkatan Rontgen Equivalent of Man. Satuan radiasi tegangan tinggi masih menggunakan satuan Weber/meter2, yaitu satuan flux dalam sistem mks. Mengingat bahwa l Weber/m2 sama dengan 104 gauss, sedangkan satuan untuk induksi magnetik telah ditentukan dengan satuan Tesla yang besarnya sama dengan 104 gauss, maka satuan radiasi tegangan tinggi dapat juga menggunakan satuan Tesla yang identik dengan Weber/m2.
Walaupun belum ada kata sepakat untuk menentukan batas aman bagi radiasi tegangan tinggi, namun Amerika Serikat sebagai negara industri yang banyak menggunakan jaringan tegangan tinggi, telah menetapkan batas aman sebesar 0,2 mikro Weber/m2. Sedangkan Rusia (bekas Uni Sovyet) menetapkan batas aman radiasi tegangan tinggi dengan faktor 1000 lebih rendah dari yang telah ditetapkan Amerika Serikat. Adanya perbedaan penetapan batas aman ini disebabkan karena penelitian mengenai dampak radiasi tegangan tinggi terhadap manusia masih belum selesai dan masih terus dilakukan. Hal menarik dari penentuan harga batas aman tersebut adalah bahwa Amerika Serikat yang menetapkan harga batas aman tersebut adalah Radiation Protection Board, sedangkan di Rusia oleh Ministry Of Health (Departemen Kesehatan), sedangkan di Australia oleh Australian Radiation Protection Society (ARPS), suatu lembaga non pemerintah.
Lantas bagaimanakah dengan di Indonesia? Siapakah yang akan menetapkan harga batas aman radiasi tegangan tinggi? Apakah BATAN, apakah Departemen Perindustrian, apakah Departemen Kesehatan, apakah Menteri Negara Lingkungan Hidup ataukah pihak PLN sendiri yang banyak berkaitan dengan masalah jaringan tegangan tinggi. Masalah ini kiranya perlu segera ditetapkan, mengingat bahwa PLN masih akan membangun jaringan tegangan tinggi sebagai interkoneksi dan transmisi sepanjang 2000 km.
Mudah-mudahan penetapan batas aman radiasi tegangan tinggi di Indonesia berdasarkan pertimbangan yang matang, sehingga masyarakat tidak menjadi takut dan khawatir bila daerahnya akan dilewati jaringan tegangan tinggi. Selain dari itu, penjelasan yang transparan dari pihak PLN kepada masyarakat perlu diberikan, agar program interkoneksi dan transimisi dapat berjalan lancar, sehingga program pembangunan sektor industri dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat diharapkan akan dapat meningkat. Semoga.
penulis:
Ir. Wisnu Arya Wardhana, adalah Widyaiswara BATAN, pengamat dan penulis masalah lingkungan, tinggal di Yogyakarta.
Drs. Supriyono MSc., adalah peneliti BATAN, dosen PATN, tinggal di Yogyakarta.
Ir. Djiwo Harsono MEng., dosen PATN, tinggal di Yogyakarta
NIM : 41407110117
Rencana pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi tampaknya merupakan suatu rencana yang patut didukung oleh semua pihak. Berbagai investasi dalam bidang industri pada saat ini telah banyak dilakukan oleh pihak swasta, baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun melalui penanaman modal asing (PMA). Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya juga sudah cukup banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam kelompok industri strategis (BPIS) dan juga melalui industri petrokimia, industri semen, industri logam dan industri berat lainnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua kegiatan industri seperti di atas hanya dapat berjalan apabila tenaga listrik tersedia cukup memadai. Untuk mengatasi kebutuhan tenaga listrik tersebut, pihak pemerintah juga sudah memikirkannya antara lain melalui pembangunan pembangkit tenaga listrik berskala besar seperti yang ada di PLTU Suralaya (Jawa Barat), PLTU Paiton (Jawa Timur) dan PLTU Tanjung Jati (Jawa Tengah).
Selain dari itu, pemerintah juga mengizinkan kepada pihak swasta untuk menanamkan modal dalam bidang penyediaan tenaga listrik dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik untuk industrialisasi. Hanya saja penjualan tenaga listrik yang dihasilkan oleh swasta kepada konsumen masih tetap melalui PLN sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Interkoneksi dan Transmisi Tenaga listrik
Pembangunan dalam sektor industri pada saat ini, sebenarnya merupakan kelanjutan pembangunan dari sektor-sektor lainnya yang telah dilakukan pada PJP I yang lalu. Pada PJP II ini pembangunan sektor industri diarahkan untuk menuju kepada kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan menaikkan pangsa pasar baik pangsa pasar dalam negeri maupun pangsa pasar luar negeri.
Untuk dapat melakukan pembangunan sektor industri, masalah tenaga listrik merupakan salah satu faktor penentu yang harus diperhatikan dengan cermat. Kenaikan penyediaan tenaga listrik (daya terpasang kumulatif) sejak awal Pelita I sampai dengan akhir PJP I yang lalu, tampaknya merupakan indikasi keseriusan pemerintah untuk melakukan pembangunan sektor industri, seperti yang tampak pada grafik (terlampir).
Ketersediaan tenaga listrik selama PJP I yang meningkat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 12,4 % per tahun dan pada akhir PJP I meningkat menjadi 17,5 % per tahun melebihi angka yang direncanakan yaitu 14,6 % per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi tenaga listrik di Indonesia ternyata di atas angka rata-rata di Asia yang hanya sekitar 7,9 % per tahun dan jauh di atas rata-rata petumbuhan konsumsi tenaga listrik dunia yang hanya sekitar 3,6 % per tahun. Laju pertumbuhan tenaga listrik yang tinggi ini dapat dicapai dengan mengembangkan sistem jaringan terpadu.
Pengembangan sistem jaringan terpadu meliputi sistem interkoneksi pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang ada serta membangun sistem transmisi dari pusat pembangkit ke gardu induk. Pada saat ini interkoneksi di Indonesia baru dilaksanakan di Pulau Jawa, yaitu dengan sistem tegangan tinggi (75 kV dan 150 kV) serta tegangan ekstra tinggi (500 kV) yang menghubungkan beberapa PLTA dan PLTU yang terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu antara pusat pembangkit di Suralaya, Saguling, Semarang, Gresik dan Paiton. Sedangkan sistem distribusi (penyaluran) di Indonesia saat ini menggunakan tegangan 20 kV untuk primer dan 220/380 V untuk sekunder dengan frekuensi 50 Hz.
Tujuan dari sistem interkoneksi dan transmisi secara terpadu ini antara lain untuk meningkatkan kemampuan suplai tenaga listrik, agar pada saat terjadi gangguan pada salah satu pusat pembangkit tidak terlalu berpengaruh pada konsumen. Sebagai contoh gangguan adalah pada PLTA yang sangat dipengaruhi oleh debit air, tandon air, limpahan dan daya muatnya. Sedangkan pada PLTU gangguan dapat berasal dari efisiensi kerja ketel uap, turbin dan sistem peralatan lainnya.
Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut sering pula dinamakan dengan sistem Saluran Udara Tegangan (Ekstra) Tinggi yang sering disingkat dengan SUTET. Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut saat ini memang harus dilakukan agar sistem jaringan terpadu dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik dapat dicapai. Namun dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang masalah keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan, maka masalah interkoneksi dan transmisi (SUTET) dengan tegangan tinggi atau ekstra tinggi menjadi suatu persoalan yang harus diperhatikan dengan cermat apabila jaringan tegangan tinggi tersebut melewati daerah permukiman.
Kasus jaringan tegangan tinggi yang melewati daerah Gresik dan daerah Parung kiranya dapat menjadi pelajaran yang menarik untuk perencanaan interkoneksi dan transmisi pada masa mendatang. Apa yang menyebabkan masyarakat menjadi cemas bila daerahnya dilewati jaringan tegangan tinggi, tidak lain adalah karena rasa khawatir dan takut terkena radiasi tegangan tinggi. Apa sebenarnya radiasi tegangan tinggi tersebut akan dibahas pada uraian berikut ini.
Apakah Radiasi Tegangan Tinggi itu?
Masalah radiasi tegangan tinggi sebenamya sudah sejak lama dipikirkan oleh para ahli, paling tidak semenjak James Clark Maxwell mengumumkan teorinya tentang :A dynamic theory of the electromagnetic field, suatu teori revolusioner tentang pergeseran arus yang diramalkan dapat menimbulkan gelombang elektromagnet yang merambat dengan kecepatan cahaya. Pada waktu teori tersebut diumumkan (tahun 1865) Maxwell belum menyebutnya sebagai suatu radiasi seperti yang kita kenal saat ini.
Secara teoritis elektron yang membawa arus listrik pada jaringan tegangan tinggi akan bergerak lebih cepat bila perbedaan tegangannya makin tinggi. Elektron yang membawa arus listrik pada jaringan interkoneksi dan juga pada jaringan transmisi, akan menyebabkan timbulnya medan magnet maupun medan listrik. Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan medan listrik, sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya akan bertumbukan dengan molekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru. Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi. Udara yang lembab karena adanya pepohon di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan elektron yang disebut dengan avalanche.
Akibat berlipatgandanya ion dan elektron ini (peristiwa avalanche) akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang seringkali disertai pula dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone. Peristiwa avalanche dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan medan listrik pada jaringan tegangan tinggi inilah yang sering disamakan dengan radiasi gelombang elektromagnet atau radiasi tegangan tinggi.
Berbahayakah Radiasi Tegangan Tinggi itu?
Secara umum setiap bentuk radiasi gelombang elektromagnet dapat berpengaruh terhadap tubuh manusia. Sel-sel tubuh yang mudah membelah adalah bagian yang paling mudah dipengaruhi oleh radiasi. Tubuh yang sebagian besar berupa molekul air, juga mudah mengalami ionisasi oleh radiasi. Seberapa jauh pengaruhnya terhadap tubuh manusia, tergantung pada batas-batas aman yang diizinkan. Sebagai contoh untuk radiasi nuklir yang aman bagi manusia (untuk pekerja radiasi) adalah dosis di bawah 5000 mili Rem per tahun, sedangkan untuk masyarakat umum adalah 10 % dari harga tersebut. Lantas bagaimanakah dengan batasan aman untuk radiasi tegangan tinggi?
Sejauh ini batasan aman untuk radiasi tegangan tinggi masih terus diteliti dan para ahli di seluruh dunia masih belum sampai kepada kata sepakat tentang batasan aman tersebut. Penelitian pengaruh radiasi tegangan tinggi sejauh ini baru diketahui akibatnya terhadap binatang percobaan di laboratorium. Radiasi tegangan tinggi (radiasi elektromagnet) ternyata mempengaruhi sifat kekebalan (imun) tikus-tikus percobaan.
Apakah radiasi tegangan tinggi juga bersifat cocarcinogenik (merangsang timbulnya kanker), ternyata masih dalam taraf dugaan saja, karena tikus-tikus percobaan yang dikenai radiasi tegangan tinggi tidak ada yang menjadi terserang kanker, walaupun diramalkan kemungkinan terkena kanker dapat meningkat karenanya. Memang terdapat perbedaan antara manusia dan tikus, sehingga penelitian terhadap tikus-tikus tersebut mungkin lain hasilnya terhadap manusia. Walaupun demikian, usaha manusia untuk mengurangi dampak teknologi berupa jaringan interkoneksi dan transmisi tegangan tinggi yang dapat menimbulkan kemungkinan terkena radiasi tegangan tinggi tetap perlu dilakukan, agar diperoleh kepastian mengenai harga batas aman bagi manusia.
Satuan untuk mengukur radiasi tegangan tinggi tidaklah sama dengan satuan untuk radiasi nuklir yang menggunakan satuan REM, singkatan Rontgen Equivalent of Man. Satuan radiasi tegangan tinggi masih menggunakan satuan Weber/meter2, yaitu satuan flux dalam sistem mks. Mengingat bahwa l Weber/m2 sama dengan 104 gauss, sedangkan satuan untuk induksi magnetik telah ditentukan dengan satuan Tesla yang besarnya sama dengan 104 gauss, maka satuan radiasi tegangan tinggi dapat juga menggunakan satuan Tesla yang identik dengan Weber/m2.
Walaupun belum ada kata sepakat untuk menentukan batas aman bagi radiasi tegangan tinggi, namun Amerika Serikat sebagai negara industri yang banyak menggunakan jaringan tegangan tinggi, telah menetapkan batas aman sebesar 0,2 mikro Weber/m2. Sedangkan Rusia (bekas Uni Sovyet) menetapkan batas aman radiasi tegangan tinggi dengan faktor 1000 lebih rendah dari yang telah ditetapkan Amerika Serikat. Adanya perbedaan penetapan batas aman ini disebabkan karena penelitian mengenai dampak radiasi tegangan tinggi terhadap manusia masih belum selesai dan masih terus dilakukan. Hal menarik dari penentuan harga batas aman tersebut adalah bahwa Amerika Serikat yang menetapkan harga batas aman tersebut adalah Radiation Protection Board, sedangkan di Rusia oleh Ministry Of Health (Departemen Kesehatan), sedangkan di Australia oleh Australian Radiation Protection Society (ARPS), suatu lembaga non pemerintah.
Lantas bagaimanakah dengan di Indonesia? Siapakah yang akan menetapkan harga batas aman radiasi tegangan tinggi? Apakah BATAN, apakah Departemen Perindustrian, apakah Departemen Kesehatan, apakah Menteri Negara Lingkungan Hidup ataukah pihak PLN sendiri yang banyak berkaitan dengan masalah jaringan tegangan tinggi. Masalah ini kiranya perlu segera ditetapkan, mengingat bahwa PLN masih akan membangun jaringan tegangan tinggi sebagai interkoneksi dan transmisi sepanjang 2000 km.
Mudah-mudahan penetapan batas aman radiasi tegangan tinggi di Indonesia berdasarkan pertimbangan yang matang, sehingga masyarakat tidak menjadi takut dan khawatir bila daerahnya akan dilewati jaringan tegangan tinggi. Selain dari itu, penjelasan yang transparan dari pihak PLN kepada masyarakat perlu diberikan, agar program interkoneksi dan transimisi dapat berjalan lancar, sehingga program pembangunan sektor industri dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat diharapkan akan dapat meningkat. Semoga.
penulis:
Ir. Wisnu Arya Wardhana, adalah Widyaiswara BATAN, pengamat dan penulis masalah lingkungan, tinggal di Yogyakarta.
Drs. Supriyono MSc., adalah peneliti BATAN, dosen PATN, tinggal di Yogyakarta.
Ir. Djiwo Harsono MEng., dosen PATN, tinggal di Yogyakarta
PERANAN KAPASITOR DALAM PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK
Oleh : Nur Ifan syah
NIM : 41407110117
Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya pemakaian
energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka ragam peralatan (beban) listrik yang digunakan. Sedangkan beban listrik yang digunakan umumnya bersifat induktif dan kapasitif. Di mana beban induktif (positif) membutuhkan daya reaktif seperti trafo pada rectifier, motor induksi (AC) dan lampu TL, sedang beban kapasitif (negatif) mengeluarkan daya reaktif. Daya reaktif itu merupakan daya tidak berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban. Jadi yang menyebabkan pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan yang bersifat induktif.
Berarti dalam menggunakan energi listrik ternyata pelanggan tidak hanya dibebani oleh daya aktif (kW) saja tetapi juga daya reaktif (kVAR). Penjumlahan kedua daya itu akan menghasilkan daya nyata yang merupakan daya yang disuplai oleh PLN. Jika nilai daya itu diperbesar yang biasanya dilakukan oleh pelanggan industri maka rugi-rugi daya menjadi besar sedang daya aktif (kW) dan tegangan yang sampai ke konsumen berkurang. Dengan demikian produksi pada industri itu akan menurun hal ini tentunya tidak boleh terjadi untuk itu suplai daya dari PLN harus ditambah berarti penambahan biaya. Karena daya itu P = V.I, maka dengan bertambah besarnya daya berarti terjadi penurunan harga V dan naiknya harga I. Dengan demikian daya aktif, daya reaktif dan daya nyata merupakan suatu kesatuan yang kalau digambarkan seperti segi tiga siku-siku pada Gambar 1.
Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kW) dengan daya nyata (kVA) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.
cos r = pf = P (kW) / S (kVA) ........(1) P (kW) = S (kVA) . cos r................(2)
Seperti kita ketahui bahwa harga cos r adalah mulai dari 0 s/d 1. Berarti kondisi terbaik yaitu pada saat harga P (kW) maksimum [ P (kW)=S (kVA) ] atau harga cos r = 1 dan ini disebut juga dengan cos r yang terbaik. Namun dalam kenyataannya harga cos r yang ditentukan oleh PLN sebagai pihak yang mensuplai daya adalah sebesar 0,8. Jadi untuk harga cos r < b =" pemakaian" a1 =" pemakaian" a2 =" pemakaian" hk =" harga">r1. Sedang untuk memperkecil sudut r itu hal yang mungkin dilakukan adalah memperkecil komponen daya reaktif (kVAR). Berarti komponen daya reaktif yang ada bersifat induktif harus dikurangi dan pengurangan itu bisa dilakukan dengan menambah suatu sumber daya reaktif yaitu berupa kapasitor.
Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan kapasitor) arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila daya reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga rekening listrik menjadi berkurang. Sedangkan keuntungan lain dengan mengecilnya daya reaktif adalah :
• Mengurangi rugi-rugi daya pada sistem.
• Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Proses Kerja Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel dengan rangkaian beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap) maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya treaktif ke beban. Keran beban bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil.
Rugi-rugi daya sebelum dipasang kapasitor :
Rugi daya aktif = I2 R Watt .............(5)
Rugi daya reaktif = I2 x VAR.........(6)
Rugi-rugi daya sesudah dipasang kapasitor :
Rugi daya aktif = (I2 - Ic2) R Watt ...(7)
Rugi daya reaktif = (I2 - Ic2) x VAR (8)
Pemasangan Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki pf penempatannya ada dua cara :
1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:
a. Sisi primer dan sekunder transformator
b. Pada bus pusat pengontrol
2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan
a. Feeder kecil
b. Pada rangkaian cabang
c. Langsung pada beban
Perawatan Kapasitor
Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama tentunya harus dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya hilang. Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
• Pemeriksaan kebocoran
• Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
• Pemeriksaan isolator
Sistem Mikroprosesor
Selain komponen induktor pemborosan pemakaian listrik bisa juga terjadi karena:
Tegangan tidak stabil
Ketidak stabilan tegangan bisa menyebabkan terjadinya pemborosan energi listrik. Ketidakstabilan itu dapat diartikan tegangan pada suatu fase lebih besar, lebih kecil atau berfluktuasi terhadap teganga standar. Sedangkan akibat pembrosan energi listrik itu maka timbul panas sehingga bisa menyebabkan pertama kerusakan isolator peralatan yang dipakai. Ke dua memperpendek daya isolasi pada lilitan. Sementara itu dengan ketidakseimbangan sebesar 3% saja dapat memperbesar suhu motor yang sedang beroperasi sebesar 18% dari keadaan semula. Hal ini tentunya akan menimbulkan suara bising pada motor dengan kecepatan tinggi.
Harmonik
Harmonik itu bisa menimbulkan panas, hal ini terjadi karena adanya energi listrik yang berlebihan. Harmonik itu bisa muncul karena peralatan seperti komputer, kontrol motor dll. Harmonik merupakan suatu keadaan timbulnya tegangan yang periodenya berbeda dengan periode tegangan standar. Periode itu bisa 180 Hz (harmonik ke-3), 300 Hz (harmonik ke-5) dan seterusnya. Harmonik pada transformator lebih berbahaya, hal ini karena adanya sisrkulasi arus akibat panas yang berlebih. Sehingga hal ini bisa mengurangi kemampuan peralatan proteksi yang menggunakan power line carrier sebagai detektor kondisi normal.
Untuk mengoptimalkan pemakaian energi listrik bisa digunakan beban-beban tiruan berupa LC yang dilengkapi dengan teknologi mikroprosesor. Sehingga ketepatan dan keandalan dalam mendeteksi kualitas daya listrik bisa diperoleh. Mikroprosesor itu berfungsi untuk mengolah komponen-komponen yang menentukan kualitas tenaga listrik. Seperti keseimbangan beban antar fasa, harmonik dan surja. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara fasa satu dengan fasa yang lainnya, maka mikroprosesor akan memerintahkan beban-beban LC untuk membuka atau menutup agar arus disuplai ke fasa satu sehingga selisih arus antara fasa satu dengan fasa yang lainnya tidak ada. Banyaknya L atau C yang dibuka atau ditutup tergantung dari kondisi ketidakseimbangan beban yang terdeteksi oleh mikroprosesor.
Kondisi harmonik yang terdeteksi bisa dihilangkan dengan menggunakan filter LC.
Keuntungan alat ini adalah :
• Mampu mereduksi daya sampai 30%.
• Meningkatkan pf antara 95-100%
• Dapat mengeliminasi terjadinya harmonik.
Dengan demikian pemakaian energi listrik bisa dihemat yaitu dengan cara mengoptimalkan konsumsi energi masing-masing peralatan yang digunakan, memperkecil gejala harmonik dan menstabilkan tegangan. Sehingga energi tersisa bisa dimanfaatkan untuk sektor lain yang lebih membutuhkan. Sedang dampak negatif dari pemborosan energi listrik itu pertama menciptakan ketidakseimbangan beban fasa-fasa listrik yang pada gilirannya akan mempengaruhi over heating pada motor dan penurunan life isolator. Ke dua bagi PLN sebagai penyuplai energi listrik tentunya harus menyediakan energi listrik yang lebih besar lagi.
Daftar Pustaka
1. Daya dan Energi Listrik, Deni Almanda, disampaikan pada penataran dosesn teknik elektro di Teknik Elektro UGM, Pebruari 1997, Yogyakarta.
2. Peranan energi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, Publikasi Ilmiah, BPPT, Jakarta, Mei 1995.
ditulis oleh: Ir. Deni Almanda, dosen Teknik Elektro & Kepala Perpustakaan FT UMJ, alumni FT UGM dan aktif menulis masalah kelistrikan di berbagai media.
NIM : 41407110117
Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya pemakaian
energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka ragam peralatan (beban) listrik yang digunakan. Sedangkan beban listrik yang digunakan umumnya bersifat induktif dan kapasitif. Di mana beban induktif (positif) membutuhkan daya reaktif seperti trafo pada rectifier, motor induksi (AC) dan lampu TL, sedang beban kapasitif (negatif) mengeluarkan daya reaktif. Daya reaktif itu merupakan daya tidak berguna sehingga tidak dapat dirubah menjadi tenaga akan tetapi diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban. Jadi yang menyebabkan pemborosan energi listrik adalah banyaknya peralatan yang bersifat induktif.
Berarti dalam menggunakan energi listrik ternyata pelanggan tidak hanya dibebani oleh daya aktif (kW) saja tetapi juga daya reaktif (kVAR). Penjumlahan kedua daya itu akan menghasilkan daya nyata yang merupakan daya yang disuplai oleh PLN. Jika nilai daya itu diperbesar yang biasanya dilakukan oleh pelanggan industri maka rugi-rugi daya menjadi besar sedang daya aktif (kW) dan tegangan yang sampai ke konsumen berkurang. Dengan demikian produksi pada industri itu akan menurun hal ini tentunya tidak boleh terjadi untuk itu suplai daya dari PLN harus ditambah berarti penambahan biaya. Karena daya itu P = V.I, maka dengan bertambah besarnya daya berarti terjadi penurunan harga V dan naiknya harga I. Dengan demikian daya aktif, daya reaktif dan daya nyata merupakan suatu kesatuan yang kalau digambarkan seperti segi tiga siku-siku pada Gambar 1.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kW) dengan daya nyata (kVA) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.
cos r = pf = P (kW) / S (kVA) ........(1) P (kW) = S (kVA) . cos r................(2)
Seperti kita ketahui bahwa harga cos r adalah mulai dari 0 s/d 1. Berarti kondisi terbaik yaitu pada saat harga P (kW) maksimum [ P (kW)=S (kVA) ] atau harga cos r = 1 dan ini disebut juga dengan cos r yang terbaik. Namun dalam kenyataannya harga cos r yang ditentukan oleh PLN sebagai pihak yang mensuplai daya adalah sebesar 0,8. Jadi untuk harga cos r < b =" pemakaian" a1 =" pemakaian" a2 =" pemakaian" hk =" harga">r1. Sedang untuk memperkecil sudut r itu hal yang mungkin dilakukan adalah memperkecil komponen daya reaktif (kVAR). Berarti komponen daya reaktif yang ada bersifat induktif harus dikurangi dan pengurangan itu bisa dilakukan dengan menambah suatu sumber daya reaktif yaitu berupa kapasitor.
Proses pengurangan itu bisa terjadi karena kedua beban (induktor dan kapasitor) arahnya berlawanan akibatnya daya reaktif menjadi kecil. Bila daya reaktif menjadi kecil sementara daya aktif tetap maka harga pf menjadi besar akibatnya daya nyata (kVA) menjadi kecil sehingga rekening listrik menjadi berkurang. Sedangkan keuntungan lain dengan mengecilnya daya reaktif adalah :
• Mengurangi rugi-rugi daya pada sistem.
• Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Proses Kerja Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk meperbesar pf dipasang paralel dengan rangkaian beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saaat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah itu kembali normal (tetap) maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada saat kapasitor mengeluarkan elektron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai daya treaktif ke beban. Keran beban bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil.
Rugi-rugi daya sebelum dipasang kapasitor :
Rugi daya aktif = I2 R Watt .............(5)
Rugi daya reaktif = I2 x VAR.........(6)
Rugi-rugi daya sesudah dipasang kapasitor :
Rugi daya aktif = (I2 - Ic2) R Watt ...(7)
Rugi daya reaktif = (I2 - Ic2) x VAR (8)
Pemasangan Kapasitor
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki pf penempatannya ada dua cara :
1. Terpusat kapasitor ditempatkan pada:
a. Sisi primer dan sekunder transformator
b. Pada bus pusat pengontrol
2. Cara terbatas kapasitor ditempatkan
a. Feeder kecil
b. Pada rangkaian cabang
c. Langsung pada beban
Perawatan Kapasitor
Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama tentunya harus dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya hilang. Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
• Pemeriksaan kebocoran
• Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
• Pemeriksaan isolator
Sistem Mikroprosesor
Selain komponen induktor pemborosan pemakaian listrik bisa juga terjadi karena:
Tegangan tidak stabil
Ketidak stabilan tegangan bisa menyebabkan terjadinya pemborosan energi listrik. Ketidakstabilan itu dapat diartikan tegangan pada suatu fase lebih besar, lebih kecil atau berfluktuasi terhadap teganga standar. Sedangkan akibat pembrosan energi listrik itu maka timbul panas sehingga bisa menyebabkan pertama kerusakan isolator peralatan yang dipakai. Ke dua memperpendek daya isolasi pada lilitan. Sementara itu dengan ketidakseimbangan sebesar 3% saja dapat memperbesar suhu motor yang sedang beroperasi sebesar 18% dari keadaan semula. Hal ini tentunya akan menimbulkan suara bising pada motor dengan kecepatan tinggi.
Harmonik
Harmonik itu bisa menimbulkan panas, hal ini terjadi karena adanya energi listrik yang berlebihan. Harmonik itu bisa muncul karena peralatan seperti komputer, kontrol motor dll. Harmonik merupakan suatu keadaan timbulnya tegangan yang periodenya berbeda dengan periode tegangan standar. Periode itu bisa 180 Hz (harmonik ke-3), 300 Hz (harmonik ke-5) dan seterusnya. Harmonik pada transformator lebih berbahaya, hal ini karena adanya sisrkulasi arus akibat panas yang berlebih. Sehingga hal ini bisa mengurangi kemampuan peralatan proteksi yang menggunakan power line carrier sebagai detektor kondisi normal.
Untuk mengoptimalkan pemakaian energi listrik bisa digunakan beban-beban tiruan berupa LC yang dilengkapi dengan teknologi mikroprosesor. Sehingga ketepatan dan keandalan dalam mendeteksi kualitas daya listrik bisa diperoleh. Mikroprosesor itu berfungsi untuk mengolah komponen-komponen yang menentukan kualitas tenaga listrik. Seperti keseimbangan beban antar fasa, harmonik dan surja. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara fasa satu dengan fasa yang lainnya, maka mikroprosesor akan memerintahkan beban-beban LC untuk membuka atau menutup agar arus disuplai ke fasa satu sehingga selisih arus antara fasa satu dengan fasa yang lainnya tidak ada. Banyaknya L atau C yang dibuka atau ditutup tergantung dari kondisi ketidakseimbangan beban yang terdeteksi oleh mikroprosesor.
Kondisi harmonik yang terdeteksi bisa dihilangkan dengan menggunakan filter LC.
Keuntungan alat ini adalah :
• Mampu mereduksi daya sampai 30%.
• Meningkatkan pf antara 95-100%
• Dapat mengeliminasi terjadinya harmonik.
Dengan demikian pemakaian energi listrik bisa dihemat yaitu dengan cara mengoptimalkan konsumsi energi masing-masing peralatan yang digunakan, memperkecil gejala harmonik dan menstabilkan tegangan. Sehingga energi tersisa bisa dimanfaatkan untuk sektor lain yang lebih membutuhkan. Sedang dampak negatif dari pemborosan energi listrik itu pertama menciptakan ketidakseimbangan beban fasa-fasa listrik yang pada gilirannya akan mempengaruhi over heating pada motor dan penurunan life isolator. Ke dua bagi PLN sebagai penyuplai energi listrik tentunya harus menyediakan energi listrik yang lebih besar lagi.
Daftar Pustaka
1. Daya dan Energi Listrik, Deni Almanda, disampaikan pada penataran dosesn teknik elektro di Teknik Elektro UGM, Pebruari 1997, Yogyakarta.
2. Peranan energi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan, Publikasi Ilmiah, BPPT, Jakarta, Mei 1995.
ditulis oleh: Ir. Deni Almanda, dosen Teknik Elektro & Kepala Perpustakaan FT UMJ, alumni FT UGM dan aktif menulis masalah kelistrikan di berbagai media.
Kontrol Jarak Jauh MotorDC Menggunakan Protokol TCP/IP dengan Memanfaatkan WEB dan PHP3
oleh :
Royadi
41407110004
Abstrak
Kebutuhan akan sistem untuk pengontrolan jarak jauh semakin meningkat sejalan dengan era globalisasi dimana perpindahan dan pergerakan manusia semakin luas dan cepat. Pengontrolan melalui jalur telepon merupakan hal yang lumrah, tetapi sistem ini kerap digunakan untuk sitem fix-point. Selain itu juga adanya kendala biaya terhadap jarak, jarak semakin jauh maka biaya pulsa yang dikeluarkan semakin besar. Teknologi Internet merupakan solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fix-point to point dan biaya, serta menjadi model fleksibel multi point to multi point. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan web server sebagai media yang menerima perintah melalui PHP3. Sebagai uji coba akan dilakukan pengontrolan gerakan pada MotorDC unit dengan menggunakan sebuah komputer kontrol dan dikelola oleh sebuah server.
Kata Kunci : Internet, PHP3, web, HTTP, TCP/IP, HTML, MotorDC
1. Latar Belakang dan Hipotesa
Pengontrolan jarak jauh. Selama ini masyarakat dapat mengontrol sesuatu dari jarak jauh dengan menggunakan remote control. Akan tetapi pengontrolan tersebut terhambat oleh jarak, apabila jarak antara alat yang dikontrol dengan pengontrol itu melewati batas toleransinya, maka peralatan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Kita mengenal adanya internet yang merupakan jaringan luas yang dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Berbagai macam teknologi Internet dapat dipergunakan, salah satunya World Wide Web ( WEB ) yang menyediakan berbagai macam informasi dalam bentuk teks, gambar dan suara. Seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi, WEB juga ikut berkembang, sehingga tidak hanya sebagai tempat untuk mengambil informasi akan tetapi ia juga dapat mengolah informasi. Perangkat lunak yang dapat dipergunakan adalah sebuah server-side scripting language yang kita kenal sebagai CGI ( Common Gateway Interface ) yang antara lain adalah : Perl, JAVA, PHP dan lainnya.
2. Teori yang Melatar Belakangi
2.1. TCP/IP
Dalam arti yang sederhana TCP/IP ( Transmission Control Protocol / Internet Protocol ) adalah nama keluarga protokol jaringan. Protokol adalah sekelompok aturan yang harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan dan produk-produk software agar dapat saling berkomunikasai antara satu dengan yang lainnya. Pada awalnya internet memang sudah dibuat dengan menggunakan TCP/IP yang memungkinkan sistem apapun yang terhubung ke dalamnya bisa berkonumikasi dengan sistem lain tanpa memperdulikan bagaimana masing-masing sistem bekerja. Istilah TCP/IP mengacu kepada seluruh keluarga protokol yang dirancang untuk mentransfer informasi sepanjang jaringan. Dan dirancang untuk menjadi komponen perangkat lunak dari suatu jaringan. TCP/IP merupakan dua protokol yang berbeda, dimana TCP bertanggung jawab memecah informasi ke dalam beberapa paket, sedangkan IP bertanggung jawab untuk mentransfer paket-paket tersebut sesuai tujuannya. Kemudian TCP yang ada pada tujuan akan menyatukan kembali paket-paket tersebut menjadi untai yang sebenarnya. Layanan dalam TCP/IP yang berbeda dikelompokkan menurut fungsi-fungsinya. Protokol-protokol transport mengendalikan pergerakan data antara dua mesin, dan mencakup :
1. TCP (Transmission Control Protokol)
Protokol ini bersifat Connection-based, artinya kedua mesin pengirim dan penerima tersambung dan berkomunikasi satu sama lain sepanjang waktu.
2. UDP ( User Datagram Protokol )
Protokol ini bersifat Unconnectionless atau tanpa koneksi, dimana data dikirim tanpa kedua mesin penerima dan pengirim saling berhubungan. Dan kita juga tidak dapat mengetahui apakah data / pesan tersebut telah atau belum atau tidak sampai ke penerima.
Di samping itu ada pula protokol-protokol routing untuk menangani pengalamatan (addressing) data dan menentukan jalur terbaik untuk mencapai tujuan. Protokol-protokol tersebut juga bertanggung jawab memecah informasi yang berukuran besar dan menyusunnya kembali pada tujuan. Protokol-protokol tersebut antara lain :
IP ( Internet Protokol ) menangani transmisi data yang sebenarnya.
ICMP ( Internet Control Message Control Protokol ) menangani informasi status untuk IP, seperti error dan perubahan-perubahan dalan perangkat keras jaringan yan mempengaruhi routing ( penentuan jalur )
RIP ( Routing Information Protokol ) dan OSPF ( Open Shortest-Path First ), yaitu satu dari berbagai protokol yang menentukan metode routing terbaik untuk menyampaikan data.
2.2. World Wide Web
Pada awalnya internet adalah sebuah proyek yang dimaksudkan untuk menghubungkan para ilmuwan dan peneliti di Amerika, namun saat ini telah tumbuh menjadi media komunikasi global yang dipakai semua orang dimuka bumi. Pertumbuhan ini membawa beberapa masalah penting mendasar, di antaranya kenyataan bahwa internet tidak diciptakan pada jaman graphical user interface ( GUI ) seperti saat ini. Internet dimulai pada masa di mana orang masih menggunakan alat-alat akses yang tidak user-friendly yaitu terminal dengan berbasis teks serta perintah-perintah command line yang panjang-panjang serta susah diingat, sangat berbeda dengan apa yang ada pada saat ini yang hanya mengklikkan tombol mouse pada layar grafik berwarna. Popularitas Internet mulai berkembang pesat setelah standar baru diperkenalkan kepada masyarakat yaitu HTTP ( Hypertext Transfer Protocol ) dan HTML ( Hypertext Markup Language ) sehingga pengaksesan internet melalui protocol TCP/IP menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Dengan standar baru tesebut maka informasi di internet dapat disajikan secara visual dan lebih menarik. Pemunculan HTTP dan HTML membuat orang mengenal istilah baru dalam dunia internet yang sangat popular yang diidentikkan dengan internet itu sendiri yaitu World Wide Web ( WWW ) atau WEB.
2.3. HyperText Transfer Protokol
HTTP merupakan terobosan baru yang berkembang sehingga memungkinkan pengguna internet hanya tinggal mengklikkan tombol mousenya pada link-link hypertext yang ada untuk lompat ke dokumen lain di berbagai lokasi di internet. Link-link tersebut dapat mengacu kepada dukumen web, server FTP ( File Transfer Protokol ), e-mail, dan lain-lain.
HTTP dibuat khusus agar server dan browser web dapat berkomunikasi satu sama lain dan untuk menangani permintaan-permintaan dari browser untuk mengakses server. HTTP bisa dianggap sebagai system bermodel client-server, dimana browser sebagai client yang meminta informasi kepada server web sedangkan server web akan memenuhi permintaaan client tersebut. Semua dokumen dikirim sebagai teks biasa Sewaktu browser mengirimkan permintaan kepada server web, ia akan mengirimkan sedikit informasi mengenai dirinya dan apa yang bisa dibaca olehnya. Informasi ini akan digunakan oleh server web untuk menentukan apakah dokumen yang diminta bisa dikirimkan ke browser atau tidak.
HTTP bekerja di atas TCP yang menjamin sampainya data ke tempat tujuan dalam urutan yang benar. Bila terdapat kesalahan pada proses pengiriman, pihak pengirim akan mendapatkan pemberitahuan bahwa telah terjadi kesalahan. Karenanya server dan client tidak harus menyediakan mekanisme untuk memeriksa kesalahan transmisi data, yang berarti mempermudah pekerjaan pemrograman. Akan tetapi HTTP tidak memiliki apa yang disebut session, seperti halnya FTP yang dapat menjaga hubungan antara server dan client secara konsisten. HTTP dinamai protocol hit and run yang artinya adalah "Setiap halaman web yang akan dikirim akan mengakibatkan terjadinya proses penyambungan antara server dan client, baru kemudian data ditransfer. Setelah pentransferan data selesai dilakukan maka hubungan antara server dan client tersebut akan diputus".
2.4. HyperText Markup Language
HTML belakangan dikenal sebagai bahasa standar untuk membuat dokumen web dikarenakan oleh kesederhanaan serta kemudahan penggunaannya. Perintah-perintah HTML dapat ditemukan pada file dengan ekstensi *.html yang memakai tanda ( tag ) berupa karakter "<" dan ">". Pembacaan file HTML dilakukan dari atas ke bawah tanpa ada lompatan-lompatan dikarenakan HTML tidak mengenal adanya jumping ataupun looping.
Standar HTML paling akhir pada saat ini adalah standar HTML 4.0, yang mendukung antasa lain CSS ( cascading style sheets ), dynamic content positioning ( penempatan isi secara dinamis), downloadable font ( jenis font yang dapat didownload langsung ) dan sebagainya. Belum tentu semua browser web mendukung fasilitas diatas, sehingga masih bisa dijumpai ketidak kompatibelitas pada browser dalam melakukan akses terhadap suatu server.
2.5. Browser Web
Browser web mempunyai tugas untuk menterjemahkan informasi yang diterima dari server web dan menampilkan pada layar komputer pengguna. Umumnya browser web menerima data dalam bentuk HTML File HTML yang merupakan file teks biasa yang selain berisi informasi yang hendak ditampilkan kepada user, juga memiliki perintah-perintah untuk mengatur tampilan data-data tersebut. Browser kemudian menerjemahkan perintah-perintah tersebut.
Meskipun sudah dibuat konsesus untuk menstandarkan format dam elemen HTML, setiap jenis browser bisa saja menerjemahkan file HTML yang sama secara berbeda. Browser-browser web yang modern seperti sekarang ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung tampilan multimedia berupa audio, animasi 3 dimensi dan video. Perangkat lunak browser web yang populer sampai saat ini adalah Netscape Navigator dan Microsoft Internet Explorer.
2.6. Server Web
Server web pada dasarnya adalah perangkat lunak khusus yang bertugas melayani permintaan-permintaan dari browser web akan dokumen-dokumen yang tersimpan didalam server web tersebut.Beberapa perangkat lunak server web memiliki fasilitas seperti server-side programming, security protocol dan lain sebagainya. Perangkat lunak server web yagn ada sekarang tersedia untuk dapat dijalankan pada berbagai platform dan lingkungan sistim operasi. Diantaranya adalah sebagai berikut : Apache ( UNIX ), Microsoft Internet Information Server ( Microsoft Windows ), Netscape FastTrack dan banayak yang lainnya. Meskipun banyak macam server web yang tersedia akan tetapi secara fungsional adalah sama yaitu untuk melayani permintaan-permintaan dari browser web.
2.7. PHP
PHP ( Personal Home Page Tools ) diperkenalkan pertama kali oleh Rasmus Lerdorf ( 1994 ), yang pada awalnya hanya dipergunakan pada situs pribadinya untuk mencatat siapa saja yang telah mengakses daftar riwayat hidup onlinenya. Pada awal tahun 1995 versi pertama PHP resmi dipergunakan oleh pihak lain. Didalam terkandung sebuah parser engine ( mesin pengurai ) yang sangat disederhanakan, yang hanya mampu mengolah macro khusu dan beberapa utilitas yang sering dipakai dalam pembuatan home page, seperti buku tamu, pencacah dan sebagainya.
Parser tersebut ditulis ulang dipertengahan 1995 dan dinamai PHP/FI Version 2. FI ( Form Interpreter ) sendiri berasal dari kode lain yang juga ditulis oleh Rasmus, yang menerjemahkan HTML dari data. Ia menggabungkan script PHP dengan form interpreter dan menamhbahkan dukungan terhadap server database yang menggunakan format mSQL, sehingga lahirlah PHP/FI. PHP/FI tumbuh dengan pesat dan orang-orang mulai menyiapkan kode-kode programnya supaya bisa didukung oleh PHP.
Pada pertengahan 1997 pengembangan PHP bukan lagi proyek pribadi Rasmus akan tetapi berubah menjadi sebuah tim yang lebuih terorganisasi. Parsernya ditulis ulang dari bentuk rancangan awal oleh Zeev Suraski dan Andi Gutmans, dan parser baru ini adalah sebagai dasar PHP Version . Banyak kode utilitas yang berasal dari PHP/FI diport ke PHP3.
2.7.1. Apa Itu PHP
Personal Home Page Tools ( PHP ) adalah sebuah bahasa scripting yang dibundel dengan HTML, yang dijalankan di sisi server. Sebagian besar perintahnya berasal dari C, Java dan Perl dengan beberapa tambahan fungsi khusus PHP.PHP bisa berinteraksi dengan hampir semua teknologi web yang sudah ada. Developer bisa menulis sebuah program PHP yang mengeksekusi suatu program CGI di server web lain. Fleksibilitas ini amat bermanfaat bagi pemilik situs-situs web yang besar dan sibuk, karena pemilik masih bisa mempergunakan aplikasi-aplikasi yang sudah terlanjur dibuat dimasa lalu dengan mempergunakan CGI, ISAP atau dengan script seperti Perl, Awk atau Phyton selama proses migrasi ke aplikasi baru yang dibuat dengan PHP. PHP mempermudah dan memperhalus proses peralihan dari teknologi lama ke teknologi baru.
2.7.2. Pendekatan Cara PHP PHP menawarkan solusi yang lebih luwes. Dengan PHP, developer tidak perlu lagi berurusan dengan dua buah file terpisah. Browser web mengacu secara langsung ke file yang dituju, yang lalu dibaca oleh server sebagaimana file HTML statis biasa. Perbedaannya, sebelum dikirim balik ke browser web, server web memeriksa isi file dan menentukan apakah ada kode didalam file tersebut yang harus dieksekusi. Bila ada, kode-kode tersebut akan dieksekusi. Hasilnya akan dimasukkan ke dalam dokumen yang sama. Server web bekerja secara langsung terhadap file yang bersangkutan, tidak memanggil script terpisah seperti pada metode CGI. Seluruh kode dieksekusi oleh server ( oleh karena itu disebut server-side script ). PHP membuat proses pengembangan aplikasi menjadi mudah karena kelebihannya, yaitu :
Script ( kode program ) yang terintegrasi dengan file HTML, sehingga developer dapat berkonsentrasi langsung kepada penampilan web-nya.
Tidak ada proses compiling dan linking.
Berorientasi objek ( object oriented ).
Sintaksis pemrogramannya mudah dipelajari, menyerupai C dan Perl.
Integrasi yang sangat luas ke berbagai server database. PHP menyederhanakan penulisan web yang terhubung ke database. Database yang didukung oleh PHP : Oracle, SyBase, mSQL, MySQL, Solid, ODBC, PostgreSQL, adabas D, Velocis, Informix, dBase, UNIX dbm
3. Design
3.1. Blok Diagram (Gambar 1)
3.2. Penjelasan Blok Diagram
3.2.1. User
Langkah awal seorang user haruslah terhubung ke jaringan internet dan memiliki program web browser untuk mengakses halaman – halaman web yang banyak terdapat di internet. Setelah membuka web browser maka user akan melakukan permintaan alamat HTTP dengan memanggil alamat web pengontrolan MotorDC unit. User yang berada dimana saja dapat mengakses server dan melakukan penekanan ( klik ) tombol yang tersedia pada halaman web yang telah disediakan untuk melakukan pergerakan motorDC. Pada uji coba yang dilakukan, user dapat mengakses server yang telah diset dengan alamat http://192.168.2.235/motordc.
3.2.2. Server
Pada pengujian ini dipergunakan konfigurasi komputer Pentium 233 MHz MMX RAM 16 MB, Ethernet NE2000 compatible. Sistem Operasi yang dipakai adalah Microsoft WindowsNT 4.0 yang didukung Internet Information Server 3.0 ( IIS ). IIS dipergunakan untuk melayani permintaan pengguna dalam mengakses server tersebut, segala informasi mengenai server diatur pengaksesannya oleh IIS. Setting IP untuk komputer server dalam pengujian ini adalah 192.168.2.235, sedangkan halaman web default.htm yang nanti akan diakses oleh pengguna diletakkan pada directory \InetPub\wwwroot\motordc\. Dengan konfigurasi seperti ini maka user bila ingin mengakses halaman ini memanggil alamat http://192.168.2.235/motordc . Untuk mempermudah perubahan data pergerakkan motor maka direktori tempat data berada terlebih dahulu dipetakan ( mapping ), ditektori yang berada pada komputer kontrol ini di map menjadi drive X:\. Sehingga perubahan data cukup dengan mengirim data baru ke X:\coba.txt ( file ini akan dijelaskan pada bagian komputer kontrol).
3.2.2.1. Program HTML
Program HTML dipergunakan untuk membuat tampilan gambar halaman web depan yang akan ditampilkan bila pengguna melakukan akses ke server.Tampilan halaman web yang dipergunakan sangatlah sederhana, untuk pengiriman data dipergunakan tiga buah tombol submit. Seperti telah dijelaskan sebelumnay, program ini dinamai default.htm dan akan ditempatkan di direktori \inetPub\wwwroot\motordc Di samping statement – statement yang dipergunakan untuk merancang tampilan, pada listing program web ini diselipkan beberapa perintah untuk menjalankan script PHP yang akan mengirim data penggerakan motor, yaitu :
Royadi
41407110004
Abstrak
Kebutuhan akan sistem untuk pengontrolan jarak jauh semakin meningkat sejalan dengan era globalisasi dimana perpindahan dan pergerakan manusia semakin luas dan cepat. Pengontrolan melalui jalur telepon merupakan hal yang lumrah, tetapi sistem ini kerap digunakan untuk sitem fix-point. Selain itu juga adanya kendala biaya terhadap jarak, jarak semakin jauh maka biaya pulsa yang dikeluarkan semakin besar. Teknologi Internet merupakan solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fix-point to point dan biaya, serta menjadi model fleksibel multi point to multi point. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan web server sebagai media yang menerima perintah melalui PHP3. Sebagai uji coba akan dilakukan pengontrolan gerakan pada MotorDC unit dengan menggunakan sebuah komputer kontrol dan dikelola oleh sebuah server.
Kata Kunci : Internet, PHP3, web, HTTP, TCP/IP, HTML, MotorDC
1. Latar Belakang dan Hipotesa
Pengontrolan jarak jauh. Selama ini masyarakat dapat mengontrol sesuatu dari jarak jauh dengan menggunakan remote control. Akan tetapi pengontrolan tersebut terhambat oleh jarak, apabila jarak antara alat yang dikontrol dengan pengontrol itu melewati batas toleransinya, maka peralatan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Kita mengenal adanya internet yang merupakan jaringan luas yang dapat diakses oleh siapa saja dan dimana saja yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Berbagai macam teknologi Internet dapat dipergunakan, salah satunya World Wide Web ( WEB ) yang menyediakan berbagai macam informasi dalam bentuk teks, gambar dan suara. Seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi, WEB juga ikut berkembang, sehingga tidak hanya sebagai tempat untuk mengambil informasi akan tetapi ia juga dapat mengolah informasi. Perangkat lunak yang dapat dipergunakan adalah sebuah server-side scripting language yang kita kenal sebagai CGI ( Common Gateway Interface ) yang antara lain adalah : Perl, JAVA, PHP dan lainnya.
2. Teori yang Melatar Belakangi
2.1. TCP/IP
Dalam arti yang sederhana TCP/IP ( Transmission Control Protocol / Internet Protocol ) adalah nama keluarga protokol jaringan. Protokol adalah sekelompok aturan yang harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan dan produk-produk software agar dapat saling berkomunikasai antara satu dengan yang lainnya. Pada awalnya internet memang sudah dibuat dengan menggunakan TCP/IP yang memungkinkan sistem apapun yang terhubung ke dalamnya bisa berkonumikasi dengan sistem lain tanpa memperdulikan bagaimana masing-masing sistem bekerja. Istilah TCP/IP mengacu kepada seluruh keluarga protokol yang dirancang untuk mentransfer informasi sepanjang jaringan. Dan dirancang untuk menjadi komponen perangkat lunak dari suatu jaringan. TCP/IP merupakan dua protokol yang berbeda, dimana TCP bertanggung jawab memecah informasi ke dalam beberapa paket, sedangkan IP bertanggung jawab untuk mentransfer paket-paket tersebut sesuai tujuannya. Kemudian TCP yang ada pada tujuan akan menyatukan kembali paket-paket tersebut menjadi untai yang sebenarnya. Layanan dalam TCP/IP yang berbeda dikelompokkan menurut fungsi-fungsinya. Protokol-protokol transport mengendalikan pergerakan data antara dua mesin, dan mencakup :
1. TCP (Transmission Control Protokol)
Protokol ini bersifat Connection-based, artinya kedua mesin pengirim dan penerima tersambung dan berkomunikasi satu sama lain sepanjang waktu.
2. UDP ( User Datagram Protokol )
Protokol ini bersifat Unconnectionless atau tanpa koneksi, dimana data dikirim tanpa kedua mesin penerima dan pengirim saling berhubungan. Dan kita juga tidak dapat mengetahui apakah data / pesan tersebut telah atau belum atau tidak sampai ke penerima.
Di samping itu ada pula protokol-protokol routing untuk menangani pengalamatan (addressing) data dan menentukan jalur terbaik untuk mencapai tujuan. Protokol-protokol tersebut juga bertanggung jawab memecah informasi yang berukuran besar dan menyusunnya kembali pada tujuan. Protokol-protokol tersebut antara lain :
IP ( Internet Protokol ) menangani transmisi data yang sebenarnya.
ICMP ( Internet Control Message Control Protokol ) menangani informasi status untuk IP, seperti error dan perubahan-perubahan dalan perangkat keras jaringan yan mempengaruhi routing ( penentuan jalur )
RIP ( Routing Information Protokol ) dan OSPF ( Open Shortest-Path First ), yaitu satu dari berbagai protokol yang menentukan metode routing terbaik untuk menyampaikan data.
2.2. World Wide Web
Pada awalnya internet adalah sebuah proyek yang dimaksudkan untuk menghubungkan para ilmuwan dan peneliti di Amerika, namun saat ini telah tumbuh menjadi media komunikasi global yang dipakai semua orang dimuka bumi. Pertumbuhan ini membawa beberapa masalah penting mendasar, di antaranya kenyataan bahwa internet tidak diciptakan pada jaman graphical user interface ( GUI ) seperti saat ini. Internet dimulai pada masa di mana orang masih menggunakan alat-alat akses yang tidak user-friendly yaitu terminal dengan berbasis teks serta perintah-perintah command line yang panjang-panjang serta susah diingat, sangat berbeda dengan apa yang ada pada saat ini yang hanya mengklikkan tombol mouse pada layar grafik berwarna. Popularitas Internet mulai berkembang pesat setelah standar baru diperkenalkan kepada masyarakat yaitu HTTP ( Hypertext Transfer Protocol ) dan HTML ( Hypertext Markup Language ) sehingga pengaksesan internet melalui protocol TCP/IP menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Dengan standar baru tesebut maka informasi di internet dapat disajikan secara visual dan lebih menarik. Pemunculan HTTP dan HTML membuat orang mengenal istilah baru dalam dunia internet yang sangat popular yang diidentikkan dengan internet itu sendiri yaitu World Wide Web ( WWW ) atau WEB.
2.3. HyperText Transfer Protokol
HTTP merupakan terobosan baru yang berkembang sehingga memungkinkan pengguna internet hanya tinggal mengklikkan tombol mousenya pada link-link hypertext yang ada untuk lompat ke dokumen lain di berbagai lokasi di internet. Link-link tersebut dapat mengacu kepada dukumen web, server FTP ( File Transfer Protokol ), e-mail, dan lain-lain.
HTTP dibuat khusus agar server dan browser web dapat berkomunikasi satu sama lain dan untuk menangani permintaan-permintaan dari browser untuk mengakses server. HTTP bisa dianggap sebagai system bermodel client-server, dimana browser sebagai client yang meminta informasi kepada server web sedangkan server web akan memenuhi permintaaan client tersebut. Semua dokumen dikirim sebagai teks biasa Sewaktu browser mengirimkan permintaan kepada server web, ia akan mengirimkan sedikit informasi mengenai dirinya dan apa yang bisa dibaca olehnya. Informasi ini akan digunakan oleh server web untuk menentukan apakah dokumen yang diminta bisa dikirimkan ke browser atau tidak.
HTTP bekerja di atas TCP yang menjamin sampainya data ke tempat tujuan dalam urutan yang benar. Bila terdapat kesalahan pada proses pengiriman, pihak pengirim akan mendapatkan pemberitahuan bahwa telah terjadi kesalahan. Karenanya server dan client tidak harus menyediakan mekanisme untuk memeriksa kesalahan transmisi data, yang berarti mempermudah pekerjaan pemrograman. Akan tetapi HTTP tidak memiliki apa yang disebut session, seperti halnya FTP yang dapat menjaga hubungan antara server dan client secara konsisten. HTTP dinamai protocol hit and run yang artinya adalah "Setiap halaman web yang akan dikirim akan mengakibatkan terjadinya proses penyambungan antara server dan client, baru kemudian data ditransfer. Setelah pentransferan data selesai dilakukan maka hubungan antara server dan client tersebut akan diputus".
2.4. HyperText Markup Language
HTML belakangan dikenal sebagai bahasa standar untuk membuat dokumen web dikarenakan oleh kesederhanaan serta kemudahan penggunaannya. Perintah-perintah HTML dapat ditemukan pada file dengan ekstensi *.html yang memakai tanda ( tag ) berupa karakter "<" dan ">". Pembacaan file HTML dilakukan dari atas ke bawah tanpa ada lompatan-lompatan dikarenakan HTML tidak mengenal adanya jumping ataupun looping.
Standar HTML paling akhir pada saat ini adalah standar HTML 4.0, yang mendukung antasa lain CSS ( cascading style sheets ), dynamic content positioning ( penempatan isi secara dinamis), downloadable font ( jenis font yang dapat didownload langsung ) dan sebagainya. Belum tentu semua browser web mendukung fasilitas diatas, sehingga masih bisa dijumpai ketidak kompatibelitas pada browser dalam melakukan akses terhadap suatu server.
2.5. Browser Web
Browser web mempunyai tugas untuk menterjemahkan informasi yang diterima dari server web dan menampilkan pada layar komputer pengguna. Umumnya browser web menerima data dalam bentuk HTML File HTML yang merupakan file teks biasa yang selain berisi informasi yang hendak ditampilkan kepada user, juga memiliki perintah-perintah untuk mengatur tampilan data-data tersebut. Browser kemudian menerjemahkan perintah-perintah tersebut.
Meskipun sudah dibuat konsesus untuk menstandarkan format dam elemen HTML, setiap jenis browser bisa saja menerjemahkan file HTML yang sama secara berbeda. Browser-browser web yang modern seperti sekarang ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung tampilan multimedia berupa audio, animasi 3 dimensi dan video. Perangkat lunak browser web yang populer sampai saat ini adalah Netscape Navigator dan Microsoft Internet Explorer.
2.6. Server Web
Server web pada dasarnya adalah perangkat lunak khusus yang bertugas melayani permintaan-permintaan dari browser web akan dokumen-dokumen yang tersimpan didalam server web tersebut.Beberapa perangkat lunak server web memiliki fasilitas seperti server-side programming, security protocol dan lain sebagainya. Perangkat lunak server web yagn ada sekarang tersedia untuk dapat dijalankan pada berbagai platform dan lingkungan sistim operasi. Diantaranya adalah sebagai berikut : Apache ( UNIX ), Microsoft Internet Information Server ( Microsoft Windows ), Netscape FastTrack dan banayak yang lainnya. Meskipun banyak macam server web yang tersedia akan tetapi secara fungsional adalah sama yaitu untuk melayani permintaan-permintaan dari browser web.
2.7. PHP
PHP ( Personal Home Page Tools ) diperkenalkan pertama kali oleh Rasmus Lerdorf ( 1994 ), yang pada awalnya hanya dipergunakan pada situs pribadinya untuk mencatat siapa saja yang telah mengakses daftar riwayat hidup onlinenya. Pada awal tahun 1995 versi pertama PHP resmi dipergunakan oleh pihak lain. Didalam terkandung sebuah parser engine ( mesin pengurai ) yang sangat disederhanakan, yang hanya mampu mengolah macro khusu dan beberapa utilitas yang sering dipakai dalam pembuatan home page, seperti buku tamu, pencacah dan sebagainya.
Parser tersebut ditulis ulang dipertengahan 1995 dan dinamai PHP/FI Version 2. FI ( Form Interpreter ) sendiri berasal dari kode lain yang juga ditulis oleh Rasmus, yang menerjemahkan HTML dari data. Ia menggabungkan script PHP dengan form interpreter dan menamhbahkan dukungan terhadap server database yang menggunakan format mSQL, sehingga lahirlah PHP/FI. PHP/FI tumbuh dengan pesat dan orang-orang mulai menyiapkan kode-kode programnya supaya bisa didukung oleh PHP.
Pada pertengahan 1997 pengembangan PHP bukan lagi proyek pribadi Rasmus akan tetapi berubah menjadi sebuah tim yang lebuih terorganisasi. Parsernya ditulis ulang dari bentuk rancangan awal oleh Zeev Suraski dan Andi Gutmans, dan parser baru ini adalah sebagai dasar PHP Version . Banyak kode utilitas yang berasal dari PHP/FI diport ke PHP3.
2.7.1. Apa Itu PHP
Personal Home Page Tools ( PHP ) adalah sebuah bahasa scripting yang dibundel dengan HTML, yang dijalankan di sisi server. Sebagian besar perintahnya berasal dari C, Java dan Perl dengan beberapa tambahan fungsi khusus PHP.PHP bisa berinteraksi dengan hampir semua teknologi web yang sudah ada. Developer bisa menulis sebuah program PHP yang mengeksekusi suatu program CGI di server web lain. Fleksibilitas ini amat bermanfaat bagi pemilik situs-situs web yang besar dan sibuk, karena pemilik masih bisa mempergunakan aplikasi-aplikasi yang sudah terlanjur dibuat dimasa lalu dengan mempergunakan CGI, ISAP atau dengan script seperti Perl, Awk atau Phyton selama proses migrasi ke aplikasi baru yang dibuat dengan PHP. PHP mempermudah dan memperhalus proses peralihan dari teknologi lama ke teknologi baru.
2.7.2. Pendekatan Cara PHP PHP menawarkan solusi yang lebih luwes. Dengan PHP, developer tidak perlu lagi berurusan dengan dua buah file terpisah. Browser web mengacu secara langsung ke file yang dituju, yang lalu dibaca oleh server sebagaimana file HTML statis biasa. Perbedaannya, sebelum dikirim balik ke browser web, server web memeriksa isi file dan menentukan apakah ada kode didalam file tersebut yang harus dieksekusi. Bila ada, kode-kode tersebut akan dieksekusi. Hasilnya akan dimasukkan ke dalam dokumen yang sama. Server web bekerja secara langsung terhadap file yang bersangkutan, tidak memanggil script terpisah seperti pada metode CGI. Seluruh kode dieksekusi oleh server ( oleh karena itu disebut server-side script ). PHP membuat proses pengembangan aplikasi menjadi mudah karena kelebihannya, yaitu :
Script ( kode program ) yang terintegrasi dengan file HTML, sehingga developer dapat berkonsentrasi langsung kepada penampilan web-nya.
Tidak ada proses compiling dan linking.
Berorientasi objek ( object oriented ).
Sintaksis pemrogramannya mudah dipelajari, menyerupai C dan Perl.
Integrasi yang sangat luas ke berbagai server database. PHP menyederhanakan penulisan web yang terhubung ke database. Database yang didukung oleh PHP : Oracle, SyBase, mSQL, MySQL, Solid, ODBC, PostgreSQL, adabas D, Velocis, Informix, dBase, UNIX dbm
3. Design
3.1. Blok Diagram (Gambar 1)
3.2. Penjelasan Blok Diagram
3.2.1. User
Langkah awal seorang user haruslah terhubung ke jaringan internet dan memiliki program web browser untuk mengakses halaman – halaman web yang banyak terdapat di internet. Setelah membuka web browser maka user akan melakukan permintaan alamat HTTP dengan memanggil alamat web pengontrolan MotorDC unit. User yang berada dimana saja dapat mengakses server dan melakukan penekanan ( klik ) tombol yang tersedia pada halaman web yang telah disediakan untuk melakukan pergerakan motorDC. Pada uji coba yang dilakukan, user dapat mengakses server yang telah diset dengan alamat http://192.168.2.235/motordc.
3.2.2. Server
Pada pengujian ini dipergunakan konfigurasi komputer Pentium 233 MHz MMX RAM 16 MB, Ethernet NE2000 compatible. Sistem Operasi yang dipakai adalah Microsoft WindowsNT 4.0 yang didukung Internet Information Server 3.0 ( IIS ). IIS dipergunakan untuk melayani permintaan pengguna dalam mengakses server tersebut, segala informasi mengenai server diatur pengaksesannya oleh IIS. Setting IP untuk komputer server dalam pengujian ini adalah 192.168.2.235, sedangkan halaman web default.htm yang nanti akan diakses oleh pengguna diletakkan pada directory \InetPub\wwwroot\motordc\. Dengan konfigurasi seperti ini maka user bila ingin mengakses halaman ini memanggil alamat http://192.168.2.235/motordc . Untuk mempermudah perubahan data pergerakkan motor maka direktori tempat data berada terlebih dahulu dipetakan ( mapping ), ditektori yang berada pada komputer kontrol ini di map menjadi drive X:\. Sehingga perubahan data cukup dengan mengirim data baru ke X:\coba.txt ( file ini akan dijelaskan pada bagian komputer kontrol).
3.2.2.1. Program HTML
Program HTML dipergunakan untuk membuat tampilan gambar halaman web depan yang akan ditampilkan bila pengguna melakukan akses ke server.Tampilan halaman web yang dipergunakan sangatlah sederhana, untuk pengiriman data dipergunakan tiga buah tombol submit. Seperti telah dijelaskan sebelumnay, program ini dinamai default.htm dan akan ditempatkan di direktori \inetPub\wwwroot\motordc Di samping statement – statement yang dipergunakan untuk merancang tampilan, pada listing program web ini diselipkan beberapa perintah untuk menjalankan script PHP yang akan mengirim data penggerakan motor, yaitu :
PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DAKAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI
Nama :Mahpudin
Nim :41407110059
Teknik Elektro-FTI Mercubuana
PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI
I.PENDAHULUAN
Menurut jenis arusnya, sistem tenaga listrik dikenal dengan sistem arus bolak-balik (AC) dan system arus searah (DC). Pada sistem AC, penaikkan dan penurunan tegangan, medan putarnya mudah dilakukan. Maka berdasarkan kemudahan tersebut, hamper di seluruh dunia menggunakan system tenaga listrik AC. Sementara system AC tidak dapat disimpan,sehingga dalam memenuhi permintaan konsumen, pusat listrik harus dioperasikan sesuai dengan permintaan konsumen yang berubah dari waktu ke waktu.
Sistem tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik dan disalurkan ke konsumen melalui jaringan saluran tenaga listrik. Mesin-mesin pembangkit pada pusat-pusat listrik, menggunakan bahan baker yang berbeda-beda dengan kapasitas yang berkainan pula. Sehingga dalam pengoperasian mesin pembangkit perlu direncanakan seoptimal mungkinagar diperoleh biaya bahan bakar yang hemat namun mutu dan keandalan tetep terjaga.
Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi manusia modern. Dengan pertumbuhan permitaan tenaga listrik, maka harus direncanakan pembangunan pusat-pusat listrik baru, atau menciptakan bentuk –bentuk energi baru untuk mendukungnya .
Untuk mencapai tujuan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan pada saat sekarang maupun pertumbuhan permintaan tenaga listrik dan penyediaanya, dilakukan penghematan baik dari sisi penyedia listrik maupun dari pengguna tenaga listrik.
II. PROSES PENYAMPAIAN TENAGA LISTRIK
Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja. Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU, dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada di pusat listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran transmisi kebanyakan berupa saluran udara.Kerugian saluran transmisi menggunakan kabel udara adalah adanya gangguan petir, kena pohon dan lain-lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui salurasn transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer (20 kV). Jaringan setelah keluar dari GI jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara Pusat Listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah (380/220 volt), kemudian disakurkan melalui jaringan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah . Dalam praktek karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan banyak transpformator distribusi, maka Gardu Distribusi sering kali disederhanakan menjadi transformator tiang. Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah, melainkan disambung langsung pada Jaringan Tegangan Menengah, bahkan ada pula yang disambung pada jaringan Transmisi, tergantung besarnya daya tersambung.
Setelah tenaga listrik melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah, maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan KWHmeter. Dari uraian tersebut, dapat dimengerti bahwa besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan sepenuhnya oleh para pelanggan .
III. PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen berubah-ubah setiap waktu, maka pusat-pusat Listrik membangkitkan daya sesuai dengan permintaan yang berubah-ubah tersebut. Perubahan beban dan perubahan pembangkitan daya juga menyebabkan aliran daya dalam saluran -saluran transmisi berubah-ubah sepanjang waktu. Apabila daya nyata yang dibangkitkan oleh Pusat-Pusat Listrik lebih kecil daripada daya yang dibutuhkan oleh para pelanggan, maka frekuensi akan turun dan sebaliknya. Pusat Listrik berkewajiban menyediakan tenaga listrik yang frekuensinya tidak menyimpang dari 50 Herzt.
Penyediaan tenaga listrik diupayakan dengan biaya serendah mungkin dengan tetap menjaga mutu dan keandalan. Dalam proses penyediaan tenaga listrik tidak dapat dihindarkan timbulnya rugi-rugi dalam jaringan disamping adanya tenaga listrik yang disisihkan untuk pemakaian sendiri. Proses pembangkitan tenaga listrik dalam Pusat-Pusat Listrik Thermis memerlukan biaya bahan bakar yang lebih mahal daripada Pusat-pusat Listrik dengan menggunakan air. Biaya bahan bakar serta rugi-rugi dalam jaringan merupakan factor-faktor yang harus ditekan agar menjadi sekecil mungkin dengan tetap memperhatikan mutu dan keandalan .
Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Beban puncak selalu terjadi di sekitar jam19.00, yaitu pada malam hari. Ini berarti bahwa pemakaian tenaga listrik untuk keperluan penerangan masih lebih banyak dibandingkan pemakaian tenaga listrik untuk keperluan industri
2. Pada pagi hari sekitar jam 05.00 selalu ada kenaikkan beban sebentar yang kemudian diikuti dengan penurunan beban pada sekitar jam 06.00 pagi. Hal ini disebabkan karena sekitar jam 05.00 pagi para pemakai tenaga listrik telah bangun, menyalakan lampu dan persiapan-persiapan untuk bekerja,kira-kira jam 06.00,lampu-lampu dimatikan dan beban turun
3. Beban terendah terjadi untuk setiap hari antara jam 06.00 dan jam 07.30 karena pada saat ini lampu-lampu sudah dimatikan tetapi belum ada kegiatan yang menambah pemakaian tenaga listrik dalam masyarakat.
4. Untuk hari minggu dan hari libur saat terjadinya beban terendah ini lebih siang, disebabkan karena kegiatan masyarakat yang memerlukan tenaga listrik terjadi siang dibandingkan hari kerja.
5. Beban hari sabtu untuk setiap jam yang sama adalah lebih rendah daripada hari kerja lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perusahaan-perusahaan unag tidak bekerja pada hari sabtu
IV. PENGATURAN PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
Beban system tenaga listrik merupakan pemakaian tenaga listrik dari para pelanggan listrik. Oleh karenanya besar kecilnya beban beserta perubahanya tergantung kepada kebutuhan para pelanggan akan tenaga listrik. Dalam pengoperasian system tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya yang dibangkitkan sama dengan beban system.
Pengaturan pembangkitan pada umumnya didasarkan pada biaya bahan bakar per kilowattjam yang digunakan oleh mesin pembangkit energi listrik,sebab biaya bahan bakar merupakan biaya terbesar dalam pembangkitan energi listrik.
V. PENGATURAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Pengaturan pemakaian enrgi listrik pada dasarnya adalah suatu kegiatan masyarakat pelanggan listrik untuk mengubah prilaku agar menggunakan tenaga listrik secara efisien, baik besaran maupun waktunya, sehingga dapat memberikan mamfaat bagi pelanggan itu sendiri, perusahaan listrik maupun masyarakat pengguna tenaga listrik pada umumnya.
A. Mamfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi perusahaan listrik adalah :
1) Mengurangi biaya bahan bakar, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
2) Dapat menunda pembangunan pembangkit listrik dan jaringan listrik dalam rangka memenuhi pertumbuhan permintaan tenaga listrik.
3) Dapat tetap menjaga ketersediaan pasokan tenaga listrik, karena kapasitas yang mampu melayani permintaan tenaga listrik dapat dihemat.
B. Manfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi pengguna tenaga listrik :
1) Dapat menghindari pemadaman bergilir yang dikarenakan ketidakmampuan pusat listrik untuk mensuplai tenaga listrik sesuai permintaan.
2) Dapat menghemat sumber daya alam, dimana bahan bakar yang diproduksi dari alam dan tidak dapat diperbaharui dapat dihemat.
3) Dapat memberikan kesempatan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat yang belum menikmati tenaga listrik.
VI. METODA PENGATURAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
A. Efisiensi penerangan
1) Gunakan lampu hemat energi
2) Menghidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja.
3) Mewarnai dinding, lantai dan langit-langit dengan warna terang sehingga tidak membutuhkan penerangan yang berlebihan.
4) Mmemasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan objek yang akan diterangi.
5) Mengatur perlengkapan rumah agar tidak menghalangi penerangan.
B. Lemari pendingin
1) Memilih lemari es dengan ukuran/kapasitas yang sesuai
2) Membuka pintu lemari es seperlunya,dan pada kondisi tertentu dijaga agar dapat tertututp rapat.
3) Mengisi lemari es secukupnya
4) Menempatkan lemari es minimal 15 cm dari dinding rumah.
5) Menempatkan lemari es jauh dari sumber panas
6) Tidak memasukan makanan/minuman yang masih panas ke lemari es.
7) Membersihkan kondensor secara teratur.
8) Mengatur suhu lemari es sesuai kebutuhan.
9) Mematuikan lemari es bila tidak digunakan dalam waktu yang lama.
C. Pengatur Suhu Udara / AC
1) Memilih AC hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan.
2) Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan.
3) Mengatur Suhu ruangan secukupnya, tidak menyetel AC terlalu dingin.
4) Menutup pintu, jendela, dan Ventilasi ruangan agar udara panas dari luar tidak masuk.
5) Menempatkan AC sejauh mungkin dari sinar matahari langsung agar efek pendingin tidak berkurang.
6) Membersihkan saringan udara
VII. KESIMPULAN
Pelaksanaan metoda tersebut perlu dilakukan sosialisasi ke konsumen tenaga listrik, dan diharapkan dengan pengaturan penggunaan tenaga listrik, membuat masyarakat pengguna tenaga listrik makin mengetahui pentingnya tenaga listrik.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Amarullah M,MA. Tarif Listrik yang mengacu pada efisiensi sumberdaya nasional serta metodelogi peramalan kebutuhan listrik, PT. PLN (Persero). Jakarta, 1993.
(2) Annonymous. Penyusanan prakiraan kebutuhan listrik. Dinas Penelitian Kebutuhan Listrik.PT.PLN (Persero), Jakarta 1996.
(3) Annonymous. Long-range Energi Alternativesw Planning System, Stockholm Environment Institute, Boston USA ,2000.
(4) Annonymous. Rencana Umum Ketenaga Listrikan Nasional. Keputusan menteri Energi dan sumber daya Mineral Nomor : 0954/K/30/MEM/2004. Jakarta,2004.
(5) Annonymous. Pengusahaan dan Tarif Listrik The Institute Of International Edukation Electricity Restructuring Aktivities Group (IIE/ERAG), Jakarta.2004.
(6) Annonymous. Data Statistik Tahun 2000,2001,2002,2004,2005.PT.PLN (Persero).APJ Semarang.Semarang 2004.
(7) Annonymous. Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.SNI 03-6196-2000,Badan standarisasi Nasional.
(8) Annonymous. Tehnik Penghematan Energi pada Rumah Tangga dan Bangunan Gedung. Departemen pendidikan Nasional. Jakarta,2002.
(9) Culp,A.W. Prinsip Konversi Energi. Erlangga,Jakarta 1996.
(10) Djiteng M. Operasi system tenaga Listrik Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta 1990.
(11) Gonen T. Modern Power system analysis,McGraw-Hill Book Co, Sacramento California,1987.
(12) Kircmayer LK. Economic Operation Of Power System.,Jhon Wiley & Sons. NY,1999.
(13) Oetomo TWat. Pelatihan Perencanaan Energi,Pus Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Energy Analysis and Policy Office (EAPO), Jakarta 2004.
(14) Peck,SC. Electric Load Forecasting Probing the issue with models. Energy Modelling forum.Stanford California,1999.
Nim :41407110059
Teknik Elektro-FTI Mercubuana
PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI
I.PENDAHULUAN
Menurut jenis arusnya, sistem tenaga listrik dikenal dengan sistem arus bolak-balik (AC) dan system arus searah (DC). Pada sistem AC, penaikkan dan penurunan tegangan, medan putarnya mudah dilakukan. Maka berdasarkan kemudahan tersebut, hamper di seluruh dunia menggunakan system tenaga listrik AC. Sementara system AC tidak dapat disimpan,sehingga dalam memenuhi permintaan konsumen, pusat listrik harus dioperasikan sesuai dengan permintaan konsumen yang berubah dari waktu ke waktu.
Sistem tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik dan disalurkan ke konsumen melalui jaringan saluran tenaga listrik. Mesin-mesin pembangkit pada pusat-pusat listrik, menggunakan bahan baker yang berbeda-beda dengan kapasitas yang berkainan pula. Sehingga dalam pengoperasian mesin pembangkit perlu direncanakan seoptimal mungkinagar diperoleh biaya bahan bakar yang hemat namun mutu dan keandalan tetep terjaga.
Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi manusia modern. Dengan pertumbuhan permitaan tenaga listrik, maka harus direncanakan pembangunan pusat-pusat listrik baru, atau menciptakan bentuk –bentuk energi baru untuk mendukungnya .
Untuk mencapai tujuan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan pada saat sekarang maupun pertumbuhan permintaan tenaga listrik dan penyediaanya, dilakukan penghematan baik dari sisi penyedia listrik maupun dari pengguna tenaga listrik.
II. PROSES PENYAMPAIAN TENAGA LISTRIK
Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja. Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU, dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada di pusat listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran transmisi kebanyakan berupa saluran udara.Kerugian saluran transmisi menggunakan kabel udara adalah adanya gangguan petir, kena pohon dan lain-lain.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui salurasn transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer (20 kV). Jaringan setelah keluar dari GI jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara Pusat Listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah (380/220 volt), kemudian disakurkan melalui jaringan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah . Dalam praktek karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan banyak transpformator distribusi, maka Gardu Distribusi sering kali disederhanakan menjadi transformator tiang. Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah, melainkan disambung langsung pada Jaringan Tegangan Menengah, bahkan ada pula yang disambung pada jaringan Transmisi, tergantung besarnya daya tersambung.
Setelah tenaga listrik melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah, maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan KWHmeter. Dari uraian tersebut, dapat dimengerti bahwa besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan sepenuhnya oleh para pelanggan .
III. PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen berubah-ubah setiap waktu, maka pusat-pusat Listrik membangkitkan daya sesuai dengan permintaan yang berubah-ubah tersebut. Perubahan beban dan perubahan pembangkitan daya juga menyebabkan aliran daya dalam saluran -saluran transmisi berubah-ubah sepanjang waktu. Apabila daya nyata yang dibangkitkan oleh Pusat-Pusat Listrik lebih kecil daripada daya yang dibutuhkan oleh para pelanggan, maka frekuensi akan turun dan sebaliknya. Pusat Listrik berkewajiban menyediakan tenaga listrik yang frekuensinya tidak menyimpang dari 50 Herzt.
Penyediaan tenaga listrik diupayakan dengan biaya serendah mungkin dengan tetap menjaga mutu dan keandalan. Dalam proses penyediaan tenaga listrik tidak dapat dihindarkan timbulnya rugi-rugi dalam jaringan disamping adanya tenaga listrik yang disisihkan untuk pemakaian sendiri. Proses pembangkitan tenaga listrik dalam Pusat-Pusat Listrik Thermis memerlukan biaya bahan bakar yang lebih mahal daripada Pusat-pusat Listrik dengan menggunakan air. Biaya bahan bakar serta rugi-rugi dalam jaringan merupakan factor-faktor yang harus ditekan agar menjadi sekecil mungkin dengan tetap memperhatikan mutu dan keandalan .
Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Beban puncak selalu terjadi di sekitar jam19.00, yaitu pada malam hari. Ini berarti bahwa pemakaian tenaga listrik untuk keperluan penerangan masih lebih banyak dibandingkan pemakaian tenaga listrik untuk keperluan industri
2. Pada pagi hari sekitar jam 05.00 selalu ada kenaikkan beban sebentar yang kemudian diikuti dengan penurunan beban pada sekitar jam 06.00 pagi. Hal ini disebabkan karena sekitar jam 05.00 pagi para pemakai tenaga listrik telah bangun, menyalakan lampu dan persiapan-persiapan untuk bekerja,kira-kira jam 06.00,lampu-lampu dimatikan dan beban turun
3. Beban terendah terjadi untuk setiap hari antara jam 06.00 dan jam 07.30 karena pada saat ini lampu-lampu sudah dimatikan tetapi belum ada kegiatan yang menambah pemakaian tenaga listrik dalam masyarakat.
4. Untuk hari minggu dan hari libur saat terjadinya beban terendah ini lebih siang, disebabkan karena kegiatan masyarakat yang memerlukan tenaga listrik terjadi siang dibandingkan hari kerja.
5. Beban hari sabtu untuk setiap jam yang sama adalah lebih rendah daripada hari kerja lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perusahaan-perusahaan unag tidak bekerja pada hari sabtu
IV. PENGATURAN PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
Beban system tenaga listrik merupakan pemakaian tenaga listrik dari para pelanggan listrik. Oleh karenanya besar kecilnya beban beserta perubahanya tergantung kepada kebutuhan para pelanggan akan tenaga listrik. Dalam pengoperasian system tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya yang dibangkitkan sama dengan beban system.
Pengaturan pembangkitan pada umumnya didasarkan pada biaya bahan bakar per kilowattjam yang digunakan oleh mesin pembangkit energi listrik,sebab biaya bahan bakar merupakan biaya terbesar dalam pembangkitan energi listrik.
V. PENGATURAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
Pengaturan pemakaian enrgi listrik pada dasarnya adalah suatu kegiatan masyarakat pelanggan listrik untuk mengubah prilaku agar menggunakan tenaga listrik secara efisien, baik besaran maupun waktunya, sehingga dapat memberikan mamfaat bagi pelanggan itu sendiri, perusahaan listrik maupun masyarakat pengguna tenaga listrik pada umumnya.
A. Mamfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi perusahaan listrik adalah :
1) Mengurangi biaya bahan bakar, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
2) Dapat menunda pembangunan pembangkit listrik dan jaringan listrik dalam rangka memenuhi pertumbuhan permintaan tenaga listrik.
3) Dapat tetap menjaga ketersediaan pasokan tenaga listrik, karena kapasitas yang mampu melayani permintaan tenaga listrik dapat dihemat.
B. Manfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi pengguna tenaga listrik :
1) Dapat menghindari pemadaman bergilir yang dikarenakan ketidakmampuan pusat listrik untuk mensuplai tenaga listrik sesuai permintaan.
2) Dapat menghemat sumber daya alam, dimana bahan bakar yang diproduksi dari alam dan tidak dapat diperbaharui dapat dihemat.
3) Dapat memberikan kesempatan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat yang belum menikmati tenaga listrik.
VI. METODA PENGATURAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
A. Efisiensi penerangan
1) Gunakan lampu hemat energi
2) Menghidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja.
3) Mewarnai dinding, lantai dan langit-langit dengan warna terang sehingga tidak membutuhkan penerangan yang berlebihan.
4) Mmemasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan objek yang akan diterangi.
5) Mengatur perlengkapan rumah agar tidak menghalangi penerangan.
B. Lemari pendingin
1) Memilih lemari es dengan ukuran/kapasitas yang sesuai
2) Membuka pintu lemari es seperlunya,dan pada kondisi tertentu dijaga agar dapat tertututp rapat.
3) Mengisi lemari es secukupnya
4) Menempatkan lemari es minimal 15 cm dari dinding rumah.
5) Menempatkan lemari es jauh dari sumber panas
6) Tidak memasukan makanan/minuman yang masih panas ke lemari es.
7) Membersihkan kondensor secara teratur.
8) Mengatur suhu lemari es sesuai kebutuhan.
9) Mematuikan lemari es bila tidak digunakan dalam waktu yang lama.
C. Pengatur Suhu Udara / AC
1) Memilih AC hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan.
2) Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan.
3) Mengatur Suhu ruangan secukupnya, tidak menyetel AC terlalu dingin.
4) Menutup pintu, jendela, dan Ventilasi ruangan agar udara panas dari luar tidak masuk.
5) Menempatkan AC sejauh mungkin dari sinar matahari langsung agar efek pendingin tidak berkurang.
6) Membersihkan saringan udara
VII. KESIMPULAN
Pelaksanaan metoda tersebut perlu dilakukan sosialisasi ke konsumen tenaga listrik, dan diharapkan dengan pengaturan penggunaan tenaga listrik, membuat masyarakat pengguna tenaga listrik makin mengetahui pentingnya tenaga listrik.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Amarullah M,MA. Tarif Listrik yang mengacu pada efisiensi sumberdaya nasional serta metodelogi peramalan kebutuhan listrik, PT. PLN (Persero). Jakarta, 1993.
(2) Annonymous. Penyusanan prakiraan kebutuhan listrik. Dinas Penelitian Kebutuhan Listrik.PT.PLN (Persero), Jakarta 1996.
(3) Annonymous. Long-range Energi Alternativesw Planning System, Stockholm Environment Institute, Boston USA ,2000.
(4) Annonymous. Rencana Umum Ketenaga Listrikan Nasional. Keputusan menteri Energi dan sumber daya Mineral Nomor : 0954/K/30/MEM/2004. Jakarta,2004.
(5) Annonymous. Pengusahaan dan Tarif Listrik The Institute Of International Edukation Electricity Restructuring Aktivities Group (IIE/ERAG), Jakarta.2004.
(6) Annonymous. Data Statistik Tahun 2000,2001,2002,2004,2005.PT.PLN (Persero).APJ Semarang.Semarang 2004.
(7) Annonymous. Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.SNI 03-6196-2000,Badan standarisasi Nasional.
(8) Annonymous. Tehnik Penghematan Energi pada Rumah Tangga dan Bangunan Gedung. Departemen pendidikan Nasional. Jakarta,2002.
(9) Culp,A.W. Prinsip Konversi Energi. Erlangga,Jakarta 1996.
(10) Djiteng M. Operasi system tenaga Listrik Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta 1990.
(11) Gonen T. Modern Power system analysis,McGraw-Hill Book Co, Sacramento California,1987.
(12) Kircmayer LK. Economic Operation Of Power System.,Jhon Wiley & Sons. NY,1999.
(13) Oetomo TWat. Pelatihan Perencanaan Energi,Pus Informasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Energy Analysis and Policy Office (EAPO), Jakarta 2004.
(14) Peck,SC. Electric Load Forecasting Probing the issue with models. Energy Modelling forum.Stanford California,1999.
SISTEM PROTEKSI LISTRIK PERKANTORAN
Posted by Arirfin
NIM : 41407110044
Univ. Mercu Buana
Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
NIM : 41407110044
Univ. Mercu Buana
- Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan.
- Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
- Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
- Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
- Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
- Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya mekanik dst.
- Selektivitas dan Diskriminasi
- Stabilitas
- Kecepatan Operasi
- Sensitivitas (Kepekaan)
- Pertimbangan Ekonomis
- Reliabilitas (keandalan)
- Proteksi Pendukung
- Circuit Breaker (CB) dan Fuse (Sekering)
Merupakan alat yang berhubungan langsung dengan DS (disconect switch) adalah alat pelindung pencegah terjadinya kelebihan arus, yang dapat berupa sekring atau CB. Keduanya didesain untuk secara otomatis memutus arus pada saat arus mencapai nilai yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu nilai yang dapat menimbulkan bahaya seperti misalnya, hubungan pendek, kelebihan temperatur dalam konduktor, pembebanan yang lebih dari seharusnya atau denyut arus (surge) yang tiba-tiba dari PLN.
- Relay
Relay adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk melindungi, memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian listrik yang satu ke rangkaian listrik yang lainnya, yang bekerja secara otomatis dan dapat dipakai sebagai alat kontrol jarak jauh. Relay akan bekerja apabila ada besaran listrik mengalir melalui peralatan tersebut. Besaran-besaran yang bukan besaran listrik dirubah dulu menjadi besar listrik. Relay mempunyai kotak-kontak normal terbuka (Normally open) dan normal menutup (Normally close). - Trafo Arus / Current Transformer (CT)
Current Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument trafo yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan sekunder sebanding dengan arus bolak-balik yang mengalir pada sisi primer. - Trafo tegangan / Potential Transformer (PT)
Pada prinsipnya transformator banyak digunakan disekitar rumah tangga, perkantoran dan lain-lain sebagai suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk menaikkan tegangan (Step up) atau penurun tegangan (Step down) dan juga sebagai peralatan untuk menstabilisasikan tegangan (Stabilizer) - Kabel Kontrol Kabel sebagai penghantar listrik menggunakan bahan yang paling sering digunakan digunakan adalah tembaga (Cu) karena mempunyal sifat konduktivitas listrik yang tinggi. Alumunium (AI) dan campuran antara alumunium dengan tembaga, juga sering digunakan karena harganya lebih murah dan lebih ringan, karena itu cenderung digunakan pada konduktor berukuran besar dan instalasi bertegangan tinggi. Namun alumunium mempunyai resistansi yang lebih tinggi dari tembaga, dan konduktor campuran alumunium - tembaga selalu membutuhkan penampang yang lebih besar dibanding dengan konduktor tembaga dalam menghantar jumlah arus yang sama. Kelemahan lain dari kawat alumunium adalah pada sambungan/ titik hubungnya. Sambungan kawat alumunium cenderung kian longgar dimakan waktu dan pada permukaan kawat yang terbuka, cepat terbentuk lapisan alumunium oksida yang memperkecil daya hantar serta menyebabkan sambungan-sambungan menjadi panas, memungkinkan timbulnya bahaya api.
METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DAN ENERGI

NIM : 41407110044
Univ. Mercu Buana
Sistem tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik dan disalurkan ke konsumen melalui jaringan saluran tenaga listrik. Mesin-mesin pembangkit pada pusat-pusat listrik, menggunakan bahan bakar yang berbeda- beda dengan kapasitas yang berlainan pula. Sehingga dalam pengoperasian mesin pembangkit perlu direncanakan seoptimal mungkin agar diperoleh biaya bahan bakar yang hemat namun mutu dan keandalan tetap terjaga.
Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU dan PLTD, lalu disalurkan melalui saluran transmisi kemudian dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada dipusat listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mem punyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan kabel tanah.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yaitu tegangan 20 kV. Kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu- gardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui Sambungan Rumah melalui KWH meter.
Besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan sepenuhnya oleh para pelanggan, yaitu tergantung bagaimana para pelanggan akan menggunakan alat- alat listriknya, yang harus diikuti besarnya suplai tenaga listrik dari Pusat-pusat Listrik. Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen berubah-ubah setiap waktu, maka Pusat-pusat Listrik membangkitkan daya sesuai dengan permintaan yang berubah-ubah tersebut.
Manfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi perusahaan listrik adalah :
Dapat mengurangi biaya bahan bakar, biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
Dapat menunda pembangunan pembangkit listrik dan jaringan listrik dalam rangka memenuhi pertumbuhan permintaan tenaga listrik.
Dapat tetap menjaga ketersediaan pasokan tenaga listrik.
Manfaat pengaturan pemakaian energi listrik bagi pengguna tenaga listrik adalah : Dapat menghindari pemadaman bergilir yang dikarenakan ketidakmampuan pusat listrik untuk mensuplai tenaga listrik sesuai permintaan.
Dapat menghemat sumber daya alam, dimana bahan bakar yang diproduksi dari alam dan tidak dapat diperbaharui dapat dihemat.
Dapat memberikan kesempatan penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat yang belum menikmati tenaga listrik.
Sasaran pengaturan pemakaian energi listrik adalah :
Konservasi energi, adalah program untuk menurunkan/menghemat pemakaian tenaga listrik.
Pemangkasan beban puncak, adalah program untuk mengurangi beban pada waktu beban puncak.
Pengalihan beban, adalah program untuk menggeser beban dari waktu beban puncak ke luar waktu beban puncak
METODA PENGATURAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK
A. Efisiensi penerangan
Gunakan lampu hemat energi
Menghidupkan lampu hanya padasaat diperlukan saja
Memasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan obyek yang akan diterangi.
B. Lemari pendingin
Memilih lemari es dengan ukuran/kapasitas yang sesuai.
Membuka pintu lemari es seperlunya, dan pada kondisi tertentu dijaga agar dapat tertutup rapat.
Mengisi lemari es secukupnya (tidak melebihi kapasitas).
Menempatkan lemari es jauh dari sumber panas, seperti sinar matahari, kompor.
C. Pengatur suhu udara (AC)
Memilih AC hemat energi dan daya yang sesuai dengan besarnya ruangan.
Mematikan AC bila ruangan tidak digunakan.
Mengatur suhu ruangan secukupnya, tidak menyetel AC terlalu dingin.
D. Motor-motor
Memilih motor sesuai dengan kegunaan dan kapasitas.
Menentukan seting tegangan yang tidak berlebihan.
Memilih motor-motor yang mampu mengontrol penyerapan daya listrik sesuai dengan beban.
E. Pemakaian tenaga listrik pada beban puncak
Penyerapan daya listrik, kalau memungkin disebar pada luar waktu beban puncak, sehingga mengurangi pengoperasian pembangkit yang tidak efisien
F. Audit energi
Menghitung besarnya konsumsi energi listrik pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya.
G. Konstruksi bangunan yang efisien
Dalam rekayasa bangunan gedung diupayakan semaksimal mungkin agar ef isiensi penerangan, efisiensi pengaturan suhu udara, pengaturan instalasi listrik, dapat dimaksimalkan.
Sumber : Agung Nugroho
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Undip Semarang
Juni 2006
Langganan:
Postingan (Atom)