Diposting oleh : Nur Ifan Syah
NIM : 41407110117
Pemakaian bahan
bakar fosil (minyak dan batubara) secara besar-besaran sebagai penyedia
sumber daya energi telah terbukti ikut menambah beratnya pencemaran lingkungan.
Sedangkan Indonesia yang akan memasuki era industrialisasi jelas akan memerlukan
tambahan energi dalam jumlah yang relatif besar dan hal ini sudah barang
tentu akan berdampak pula terhadap lingkungan. Diversifikasi energi merupakan
salah satu jawaban untuk mencukupi kebutuhan energi yang terus meningkat,
akan tetapi masalah penyelamatan lingkungan juga harus diperhatikan. Tulisan
ini akan menguraikan secara garis besar masalah diversifikasi energi dan
juga usaha penyelamatan lingkungan berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan
energi.
Pendahuluan
Pembangunan Jangka Panjang I yang lalu telah berhasil meletakkan dasar-dasar untuk menuju pembangunan berkelanjutan dalam lingkungan dalam bidang industri yang akan dilaksanakan pada PJP II. Untuk itu harus dipikirkan kebutuhan energi yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri tersebut (1). Kebutuhan energi yang diperlukan untuk menggerakkan industri, antara lain dengan melalui pembakaran bahan bakar fosil. Akan tetapi pemakaian bahan bakar fosil (minyak dan batubara) sejauh ini telah terbukti merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu harus dicarikan penyelesaiannya agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya dan ini berarti pula sebagai usaha untuk menjaga agar lingkungan tetap dapat memberikan daya dukungnya bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia. Dalam tulisan ini akan diuraikan seberapa jauh kebutuhan energi Indonesia yang tampaknya terus meningkat seiring dengan laju pembangungan. Selain dari itu akan disimak pula seberapa banyak cadangan sumber daya alam Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan energi termasuk jenis diversifikasi energi yang telah dilakukansebagai upaya penyelamatan lingkungan dari dampak pencemaran lingkungan akibat pemakaian bahan bakar fosil. (2.3)Dasar Teori
• Produksi dan cadangan bahan bakar
Telah dikatakan bahwa pemakaian bahan bakar fosil merupakan salah satu jawaban untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat untuk dapat menggerakkan kegiatan industri yang telah diletakkan dasar-dasarnya pada PJP I yang lalu. Data yang diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi tentang produski bahan bakar yang menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun seperti tampak pada Tabel 1.No |
|
1973/1974 | 1983/1984 | 1990/1991 |
1
2 3 4 |
Minyak bumi (juta barel0
Gas bumi (ribu mef) Batubara (ribu ton) LNG (juta MMBTU) |
508,4
186,1
145,8
226,2
|
517,6
1.228,2
614,7
569,3
|
553,0
2.206,9
11.211,6
1.142,0
|
1.
|
Minyak bumi
|
Timur Tengah
70 % |
Indonesia
1,1 % |
2.
|
Gas bumi
|
Rusia
25 % |
Indonesia
1,5 % |
3.
|
Batubara
|
Amerika Utara
25 % |
Indonesia
3,1 % |
• Pencemaran akibat pemakaian bahan bakar fosil
Sebagian besar produksi bahan bakar seperti tersebut pada Tabel 1 digunakan untuk mendukung kegiatan industri dan transportasi. namun akibat dari penggunaan bahan bakar tersebut untuk kegiatan industri dan transportasi adalah meningkatnya pencemaran udara dan hal ini sudah barang tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. (3) Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan berlalulintas padat pada umumnya sudah tidak bersih lagi. Udara tersebut telah tercemari oleh berbagai macam pencemar dan yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini : (5,6)1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen Oksida (NOx)
3. Belerang Oksida (SOx)
4. Hidro Karbon (HC)
5. Partikel (Particulate)
Komponen pencemar udara tersebut di atas dapat mencemari udara secara sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Komposisi komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Untuk mendapatkan gambaran komposisi komponen pencemar udara berikut asal sumbernya, dapat dilihat pada Tabel 3 yang diambil dari daerah industri di Amerika, sedangkan data untuk Indonesia masih terus diteliti. (6)
Sumber Pencemaran | Jumlah komponen pencemar, juta ton / tahun | |||||
CO | NOx | SOx | HC | Partikel | Total | |
Transportasi
Industri Pembuangan Sampah Pembakaran Stasioner Lain-lain |
63,8
9,7
7,8
1,9
16,9
|
8,1
0,2
0,6
10,0
1,7
|
0,8
7,3
0,1
24,4
0,6
|
16,6
4,6
1,6
0,7
8,5
|
1,2
7,5
1,1
8,9
9,6
|
90,5
29,3
11,2
45,9
37,3
|
Komponen Pencemar | Prosentase |
CO
NOx SOx HC Partikel |
70,50 %
8,89 %
0,88 %
18,34 %
1,33 %
|
Total |
100,00%
|
CO2 sebanyak 6,5 juta ton
SOx sebanyak 44.000 ton
Nox sebanyak 22.000 ton
Abu logam berat (Hg, Cd, Pb, As dan Va) sebanyak 320.000 ton.
Pencemaran udara seringkali tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Walaupun tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun potensi bahayanya tetap saja ada! Kalau panca indera manusia sudah dapat menangkap merasakan adanya pencemaran udara, maka pencemaran udara tersebut pastilah sudah sangat parah atau sangat "mengerikan". Misalnya indera mata dapat melihat bentuk pencemaran, misalnya asap tebal hasil pembakaran (baik dari industri, mesin, maupun bentuk pembakaran lainnya), berarti komponen partikel-partikel di dalam asap tebal tersebut sudah sangat banyak. Seandainya indera penciuman dapat mencium bau pencemaran udara atau bahkan merasakan sesak pada dada akibat mencium gas tersebut, maka tingkat pencemaran sudah sangat berbahaya dan mungkin saja sudah menjadi racun yang dapat mematikan bila terjadi kontak dalam waktu cukup lama. Kalau indera perasa (tangan) dapat merasakan pencemaran udara, misalnya adanya butir-butir minyak atau partikel yang lain, berarti komponen pencemar udara banyak mengandung HC dan partikel.
Seringkali bentuk pencemaran udara yang tidak tertangkap oleh panca indera, justru lebih berbahaya dan bersifat racun! Sebagai contoh pencemaran gas CO adalah pencemaran yang tidak tampak oleh mata klarena tidak berwarna dan juga tidak berbau, akan tetapi sifat racunnya sangat tinggi karena dapat mengganggu kesehatan sampai kepada kematian karena mencium gas CO tersebut. Begitu juga bentuk pencemar gas NO, tidak berwarna dan tidak berbau tapi sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, bagi hewan bahkan juga tanaman.
Diversifikasi Energi
Berdasar penjelasan Dasar Teori di atas, maka penggunaan bahan bakar fosil hendaknya mulai dibatasi karena cadangannya yang sangat terbatas. di samping itu, akibat pemakaian bahan bakar fosil juga sangat mencemari lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia. Oleh karena itu usaha diversifikasi energi sudah harus segera dilaksanakan, agar cadangan sumber daya energi (bahan bakar) dapat diperpanjang dan sekaligus sebagai upaya mencegah adanya dampak pencemaran lingkungan atau sebagai upaya penyelamatan lingkungan.Usaha diversifikasi energi ditempuh antara lain dengan menginventarisasi jenis energi yang dapat diperoleh selain dari pemanfaatan bahan bakar fosil. Diversifikasi energi terdiri dari pemanfaatan 2 macam kelompok energi, yaitu : (2,4,5)
- a Energi terbarukan
b Energi maju.
Energi terbarukan
Adalah energi yang berasal dari energi non fosil yang diperoleh dari alam yang setelah digunakan awal akan dapat digunakan kembali, meliputi :- Gas bio (biogas) yang dihasilkan dari proses anaerobik biomasa yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan. Potensi energi dari gas bio ini relatif kecil hanya untuk keperluan penerangan dan memasak setempat, tidak bisa digunakan untuk kegiatan industri.
- Energi angin, potensinya relatif juga masih kecil karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3-5 m/detik. bila tenaga angin dimanfaatkan dapat digunakan untuk penerangan listrik perdesaan, penggerak pompa air dan pengisian baterai untuk cadangan manakala kecepatan angin kecil. Diperkirakan pada saat ini energi angin sudah dimanfaatkan untuk listrik perdesaan sebesar 220 KW.
- Energi surya, sebagai negara tropis Indonesia memang sangat potensial untuk dapat memanfaatkan energi surya ini. Energi surya dapat digunakan secara langsung (energi thermal) maupun secara tak langsung (energi fotovoltaik). Energi surya thermal dimanfaatkan secara konvensional untuk pengeringan hasil pertanian, perikanan dan memanaskan air serta memasak dengan kompor matahari. Sedangkan energi surya fotovoltaik sudah digunakan untuk listrik perdesaan daerah terpencil, pompa air, televisi, radio dan komunikasi, kapasitas energi surya yang sudah dimanfaatkan kurang lebih sebesar 3 MW. Energi surya sementara ini belum dapat digunakan untuk kegiatan industri besar.
- Energi air, potensinya cukup besar untuk pembangkit tenaga listrik. Energi air sudah dimanfaatkan baru sekitar 2.178 MW, sedangkan daya yang bisa dibangkitkan dari energi air di Indonesia sekitar 75.625 MW. Kendala pemanfaatan energi air adalah masalah pembebasan/harga tanah untuk daerah yang akan ditenggelamkan menjadi waduk, harga pembangunan waduk itu sendiri dan masalah sosial ekonomi lainnya sebagai ikutan dari proyek tenaga air. Bila semua kendala tersebut diperhitungkan, maka harga energi menjadi mahal.
- Energi panas bumi, adalah energi yang cukup banyak tersedia di Indonesia mengingat bahwa Indonesia termasuk negeri vulkanik. Di seluruh Indonesia terdapat sekitar 217 daerah yang dapat dibangun Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi dengan kapasitas total kurang lebih 16.658 MW. Tenaga panas bumi yang bisa dimanfaatkan baru 305 MW. Kekurangan pemanfaatan energi panas bumi untuk sementara ini adalah letaknya yang jauh dari kegiatan industri, sehingga baru dapat dimanfaatkan untuk penerangan rumah tangga saja
- Energi laut, pada saat ini masih dalam taraf penelitian dan pengembangan. Percobaan energi laut untuk pembangkit tenaga listrik sedang dilakukan di pantai Baron Yogyakarta dengan kapasitas 1,1 MW. Bila percobaan ini berhasil akan dapat digunakan untuk penerangan listrik perdesaan sepanjang pantai Indonesia.
Energi maju
Adalah energi yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Energi nuklir (PLTN) mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia, walaupun merupakan energi alternatif urutan terakhir. Pada dasarnya pemanfaatan energi nuklir dapat melalui dua cara, yaitu : (8)- a. Melalui reaksi pembelahan inti
(reaksi fisi)
b. Melalui reaksi penggabungan inti (reaksi fusi).
Walapun pernah terjadi kecelakaan PLTN Chernobyl, ternyata minat dunia untuk membangun dan memanfaatkan PLTN makin bertambah, karena memang sangat menguntungkan, sebagai gambaran tentang jumlah PLTN dunia saat ini adalah sbb: (9)
Jumlah PLTN sampai dengan tahun 1985 = 395 buah
Jumlah PLTN sampai dengan tahun 1995 = 437 buah
Jumlah PLTN yang sedang dibangun saat ini = 50 buah
Jumlah PLTN dalam perencanaan = 57 buah
Sampai dengan awal abad 21 yang akan datang jumlah PLTN akan bertambah kurang lebih sebanyak 100 buah. Data-data ini belum termasuk rencana Indonesia untuk ikut memanfaatkan PLTN sebagai penyedia sumber energi listrik.
Pembahasan
Usaha diversifikasi energi seperti telah diuraikan sebelumnya ternyata sangat menguntungkan ditinjau dari segi keselamatan lingkungan. Hal ini disebabkan karena :- Pemakaian energi terbarukan maupun energi maju ternyata tidak mengeluarkan emisi CO2 sebagaimana halnya yang dikeluarkan oleh pembangkit tenaga llistrik berbahan bakar fosil, sehingga diversifikasi energi tidak menimbulkan dampak negatif terhadap suhu udara akibat terjadinya efek rumah kaca. Bandingkan dengan PLTU (batubara) dengan daya 1.000 MW akan menghasilkan 6,5 juta ton CO2 setiap tahun.
- Pemakaian energi terbarukan dan juga energi maju tidak mengeluarkan emisi SOx, NOx dan abu seperti yang dikeluarkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar fosil yang menjadi penyebab hujan asam yang dapat merusakkan lahan pertanian dan kehutanan. Bandingkan juga dengan PLTU (batubara) yang berdaya 1.000 MW akan menghasilkan komponen pencemar lingkungan sebanyak : 44.000 ton SOx, 22.000 ton NOx, dan 32.000 ton abu logam berat yang bersifat racun terhadap tubuh manusia.
- Pada pemakaian energi maju, yaitu energi nuklir (PLTN) seringkali limbah radioaktif yang dihasilkan dikhawatirkan akan merusak lingkungan, padahal pendapat ini tidak benar, mengapa? Karena limbah nuklir yang dihasilkan oleh setiap instalasi nuklir selalu dikelola dengan baik. Tidak ada pembuangan limbah nuklir ke lingkungan. Secara nasional maupun internasional ada peraturan perundangan yang harus dipatuhi dan kewajiban untuk mengelola limbah nuklir dengan baik. Bahkan pada saat ini limbah nuklir telah menjadi ajang bisnis baru yang menarik, karena bahan bakar bekas (PLTN) yang dilimbahkan dapat diproses menjadi bahan bakar nuklir baru. Teknologi pengolahan limbah nuklir pada saat ini juga dikembangkan lebih maju. Atas dasar ini ada juga yang mengatakan bahwa energi nuklir dapat dimasukkan ke dalam kelompok energi terbarukan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :- Usaha diversifikasi energi sudah saatnya untuk dilakukan sebelum cadangan bahan bakar fosil habis terkuras.
- Diversifikasi energi terbukti tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, sehingga sangat baik untuk proses penyelamatan lingkungan.
- Diversifikasi energi yang belum dimanfaatkan secara optimal hendaknya dapat segera ditingkatkan agar dicapai secara optimal, sehingga bisa menggantikan pemakaian bahan bakar fosil.
- Abdul Kadir, Prof.Ir. : "Energi", Penerbit UI, Jakarta, 1990.
- Endro Utomo Notodisuryo, Ir.: "Visi Energi Dalam PJP II", Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta, 1997.
- Jonathan Turk. et al : "Environmental Science" Sunders College Publishing, Philadelphia, 1978.
- Mohammad Ridwan, Dr.: "Peta Sumber Daya Energi Indonesia dan PLTN sebagai Alternatif Penyedia Energi", Kantor Men. Ris. Tek., Jakarta, 1996.
- Sulasno, Ir.: "Pusat Pembangkit Tenaga Listrik", Penerbit Satya Wacana, Semarang, 1992.
- Wisnu Arya Wardhana :"Dampak Pencemaran Lingkungan", ISBN 979-533-251-1, Andi Offset, Yogyakarta, 1995.
- Wisu Arya Wardhana :"Pebakaran Batubara sebagai Sumber Pencemaran Lingkungan", Seminar Nasional V, Kimia Dalam Industri dan Lingkungan, APH, Yogyakarta, 1996.
- Wisnu Arya Wardhana : "Radioekologi", ISBN 979-533-318-6, Andi Offset, Yogyakarta, 1996.
- Wisnu Arya Wardhana : "Teknologi Nuklir Antisipasi Krisis Energi di Indonesia", Seminar Prospek dan Aspek Nuklir di Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya, 1997.
Wisnu Arya Wardhana, Supriyono, Zaenal Abidin, Sigit Purnomo adalah Staf Pengajar pada Pendidikan Ahli Teknik Nuklir - BATAN - Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar